Sunday, November 1, 2015

The Qur’an : An Introduction Abdullah Saed




 Oleh : Muhammad Barir, S.Th.I : 1420510012
dipersembahkan untuk : Ahmad Rafiq, Ph.D.
Studi al-Qur’an dan Hadis
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yoryakarta,
2015

Abdullah said melalui karyanya The Qur’an : An Introduction “western scholarship and the Qur’an” mencoba menelusuri alur perkembangan dan perubahan hubungan Timur dan Barat dari sisi kesejarahannya, menampilkan tokoh-tokoh kunci, dan beberapa titik tekan perkembangannya dalam keilmuan al-Qur’an mulai dari penterjemahan yang dilakukan Petrus Peter Venerable (w. 1156) hingga perkembangan kajian belakangan seperti yang dilakukan sarjana-sarjana Barat seperti Jane Dammen McAuliffe dengan karyanya Encyclopedia of The Quran.
Hubungan antara Timur dan Barat telah memberikan andil besar dan pengaruh yang kuat terhadap berkembangnya peradaban keilmuan di berbagai belahan dunia. Di luar itu, hubungan pasang-surut antara keduannya dengan munculnya karya kontroversial Samuel Huntington, Clash of Civilizations juga tidak menghambat semangat antar kedua wilayah geografi imaginer tersebut untuk terus mengembangkan kajian masing-masing hingga lahir beberapa keilmuan seperti orientalis dan yang akhir-akhir ini, adalah oksidentalis yang ditandai dengan tulisan Hasan Hanafi dalam Muqaddimah fi Ilm al-Istigrab. Hubungan keilmuan antara Timur dan Barat akan terus berkembang seiring berkembangnya keterbukaan keilmuan dan pemikiran sebagaimana diprediksi oleh Abdullah Said. Era keterbukaan ini pada gilirannya akan mengentarkan semakin berkembangnya kajian keilmuan ke-Islaman berikut juga al-Qur’an yang telah diperhatikan oleh para sarjana Barat sejak abad pertengahan.
Terdapat tiga pembagian masa yang dapat dijadikan pemetaan dalam memahami pergeseran dan keberlangsungan kajian Timur dan Barat tak terkecuali kajian mereka atas al-Qur’an. Pertama adalah era awal mula munculnya kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam (abad ke-8 hingga abad ke-15). Kedua adalah era kelanjutan kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam (abad ke-15 hingga abad ke-20). Ketiga adalah era kontemporer kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam  (abad ke-20 hingga abad ke-21).
Era awal mula munculnya kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam ditandai dengan masuknya Islam ke Andalusia. Era ini memberikan andil dalam kebangkitan keilmuan islam dengan ditunjang berbagai fasilitas yang diakomodir oleh pemerintahan saat itu sebagaimana didirikannya 70 perpustakaan dan proyek penterjemahan buku secara besar-besaran hingga berjumlah ratusan ribu dipusat ibukota Cordoba. Selain itu polemic juga lahir dengan ditemukannya bukti tulisan outsider berupa manuskrip seperti “al-Kindi’s Risalah” yang isinya banyak mempertannyakan otentisitas kewahyuan al-Qur’an sebagai Kitab yang turun dari langit dan mengklaim merupakan kitab buatan Nabi Muhammad yang merupakan rangkuman pengetahuan Nabi tentang kitab sebelumnya.
Era kelanjutan kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam ditandai dengan munculnya Islam ala Turki Utsmani sebagai Negara super power yang menguasai tiga benua. Islam tidak lagi dipandang sebelah mata dan menjadi saingan berat Kristen dan Yahudi. Islam yang pada era ini telah menjadi salah satu di antara tiga agama terbesar di dunia yang pada gilirannya memicu minat kajian akademis tentang Islam dan Leiden menjadi salah satu Universitas pertama yang mulai mempertimbangkan oriental studies untuk didirikan di Kampus Belanda tersebut. dalam kajian al-Qur’an, barat memuliai upaya penterjemahan ke dalam bahasa Inggris dan upaya penelusuran system penomoran dalam al-Qur’an.
Era kontemporer kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam ditandai dengan munculnya berbagai teori tentang al-Qur’an dan bahasa agama. diantara teori tersebut adalah teori bahwa al-bahasa Qur’an merupakan bahasa yang lahir 150 tahun setelah wafat Rasulullah (John Wansbrough). Sedangkan teori lainnya mengatakan bahwa bahasa al-Qur’an merupakan sesuatu yang lahir dan terpengaruh oleh agama Yahudi atau nasrani, dan lainnya lahir pula teori yang menyatakan bahwa al-Qur’an merupakan Kalam Tuhan yang meliputi Ruang dan Waktu.
Untuk memberikan komentar akhir terhadap kenyataan kajian orientalis terhadap Islam. Dari sekian banyak kajian terhadap al-Qur’an. Pertanyaan besar yang terus coba dijawab oleh para orientalis adalah mengenai kapankah al-Qur’an yang saat ini beredar di kalangan Muslim dunia disusun? Berasal dari bahasa dan pengaruh kebudayaan mana bahasa al-Qur’an itu?  mencoba tidak menampik persoalan ini, tulisan Abdullah saed menggambarkan berbagai uji coba outsider dalam memahami al-Qur’an yang sama sekali asing bagi mereka. Dengan pemahaman atau ketidakfahaman, dengan kepentingan atau dengan objektifitas layaknya seorang akademisi sejati, dengan mengikuti atau dengan otentisitas, dengan kapasitas masing-masing, dengan kemampuan mendapat data validnya masing-masing, dengan kemampuan analisa masing-masing, dengan tidak menilai benar dan salah, paling tidak kajian mereka menambah sudut pandang dan pemahaman bahwa orang seperti itu dengan pandangan seperti itu terhadap islam memanglah ada. Hal ini juga semakin memperkaya pengetahuan baru tentang Islam dan al-Qur’an di mata seorang yang bukan kita. Seiring dengan waktu, objektivitas dan kepentingan akademis di Barat menandai era keterbukaan.

No comments:

Post a Comment