Monday, June 10, 2013

Tafakkur “Kajian Semantik”

oleh: Muhammad Barier


a.      Makna dasar
Pada dasarnya kata tafakkur dalam bahasa arab tafakkur تفكّر berasal dari bentuk fiil mad{i (bentuk lampau) tafakkara تفكّر dalam karya Ahmad Warson Munawwir berarti sepadan dengan tadzakkara yakni “mengenang” berarti mengenang yang telah terjadi atau instrospeksi atau mengenang yang ada di sekeliling kita, sedangkan dalam bentuk lain kata tersebut juga bermakna berpendapat, dan mengingat.[1] Sedangkan mengenai isim fa’il (bentuk pelaku/subjek) menurut ibnu Mandzur kata fikki>r فِكِّير   bermakna orang yang banyak berfikir dan kata faykar  فَيْكَر bermakna orang yang banyak berfikir mengenai akhirat, sedangkan dalam bentuk mas}dar (bentuk asal) secara lebih balig menggunakan fath}ah} dari pada kasrah pada fa’ الفَكْر yang maknanya ialah hajat.[2]
Sedangkan dalam mu’jam al-mufradat li alfadzil qur’an, al asfahani menyatakan bahwa kata الفكر ialah proses berfikir secara kuat dengan menggunakan akal yang menjadi jalan dalam memperoleh ilmu. Hal tersebut yang membedakan manusia dengan hewan.[3]

Makna relasional
Dalam al-Qur’an kata tafakkur berdasarkan akarnya diulang sebanyak 18 kali, dalam surat albaqarah: 219, 266, ali imran: 191, al-an’am: 50, al-a’raf: 176, 184, yunus: 24, ar-ra’d: 3, an-nahl: 11, 44, 69, ar-ruum: 8, 21, saba’:46, az-zumar 42, al-jasiyah: 13, al-hasyr: 21, al-dan mudatsir: 18.

1.      Surat ali imran 191
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
Analisis paradigmatic:
Menurut ali as Shabuni makna dari  يَتَفَكَّرُونَ    adalah orang-orang yang ber-tadabbur تدبر atau merenungi atas segala kerajaan Allah baik di langit dan dibumi.[4] Sedangkan dalam lisan al arab ibn mandzur menyatakan bhawa makna tadabbur ialah memikirkan dampak atau konsekuensi baik dan buruk yang akan terjadi di masa mendatang.[5] ayat ini (وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ) dan orang-orang yang memikirkan penciptaan langit dan bumi” adalah tanda pentingnya “proses penciptaan” menunjukan bahwa disaat ketika Allah menciptakan segala yang ada di langit dan di bumi kelak pastinya segala yang telah diciptakan memiliki manfaat masing-masing.
Analisis sintagmatic:
Kata tafakkur pada surat ali imran ayat 191sangat sesuai jika bermakna tadabbur atau “memikirkan manfaat penciptaan” karena melihat redaksi ayat setelahnya yang berbicara tentang manfaat dan kesia-siaan “wahai tuhan kami tidaklah engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia” (رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا).
2.      Al-a’raf 184
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.
Analisis paradigmatic :
Pada ayat ini tafakkur sebagaimana dalam Tafsir Jalalain dan al Mishbah bermakna “berfikir untuk tahu”    أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فَيَعْلَمُوا   apakah kalian tidak berfikir—padahal dengan berfikir—maka kalian akan tahu”[6] arti kata tafakkur pada konteks ayat ini ialah berkenaan dengan peristiwa ketika suatu malam rasulullah berdiri di atas bukit Shafa dan memanggil kaum Quraisy satu-persatu dan menyampaikan kepada setiap orang tentang adzab Allah, kemudian salah satu di antara mereka berkata “sesungguhnya orang ini sudah gila, dari malam hingga pagi hari dia hanya berteriak teriak”.[7]
analisis sintagmatic :
Surat al-a’raf 184 merupakan jawaban dari surat al Hijr ayat 6:وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Qur'an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila”. Saat itu kaum Kafirin meminta kepada nabi Muhammad untuk memberikan bukti keerasulanya dengan mendatangkan malaikat dihadapan mereka. Mereka lebih memilih menerima kebenaran melalui matanya dan tidak mau menggunakan akal nya untuk memikirkan kebenaran utuk itu, surat al a’raf 181 dengan redaksinya menyatakan   أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا.
. 
b.      Kajian Diakronik dan Singkronik
1.      Makna pra al-qur’an
2.      Pada masa al-qur’an
sebagaimana dua ayat di atas kata tafakkur dapat bermakna tadabbur dan tafakkur bil aqli.
3.      Makna pada paska al-qur’an
Konsep tafakkur Menurut ibn qayyim dalam tafsir al qayyim tafakkur memiliki makna: “Proses berfikirnya seseorang yang memiliki akal sebagai kiblat bagi hatinya dalam memelihara dan menyehatkan hati tersebut”
Menurut abu ja’far ahmad bin Muhammad tafakkur adalah pekerjaan hati إعمال القلب dalam memfikirkan nikmat-nikmat Allah dan bukan memfikirkan dzat Allah.

c.       Integrasi antar konsep
Sinonimitas: التذكر   النظر   الفكر  التعليم  التأمل
Antonimitas: النسيا   الغفل   السهو


[1] Ahmad warson munawwir, kamus arab indonesia al-munawwir (Yogyakarta)
[2] Ibn mandzur, Lisan al arab, dalam maktabah asy-syamilah.
[3] Raghib al-asfahani, Mu’jam al-mufradat li alfadzil qur’an, hlm 398
[4] Ali ash-shabuni, shafwatut tafasir, hlm. 213.
[5] Ibn mandzur, lisan al-arab, maktabah syamilah.
[6] Jalaluddin as-suyuti dan jalaluddin al mahalli, Tafsir jalalain, CD al-Qur’an 0.8
[7] Al-Qurtubi, tafsir al-Qurtubi, (pustaka azam), hlm, 833.

No comments:

Post a Comment