Monday, June 10, 2013

kaligrafi di UIN Sunan Kalijaga



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada masa awal Islam, al-Qur’an ditulis adalah berfungsi untuk menjaga otentisitas dan eksistensi al-Qur’an. Berbagai media digunakan dalam penulisan tersebut, seperti pelepah kurma dan tulang belulang. Pada masa ini ada dua hal yang digunakan dalam menjaga al-Qur’an yakni hafalan dan tulisan. Kelebihan tulisan dari pada hafalan adalah bahwa tulisan lebih lama bisa terjaga dari pada hafalan yang akan hilang seiring wafatnya penghafal al-Qur’an.
Pada masa berikutnya tulisan al-Qur’an turut berubah seiring modifikasi yang dilakukan ulama terhadap huruf arab karena huruf arab klasik sering menjebak karena kurang memiliki karakter. Kurangnya karakter pada huruf arab menjadikan antara satu huruf dengan huruf lainya sulit dibedakan sehingga datanglah abul aswad ad-du’ali untuk menyempurnakan huruf arab dengan memberi tanda sebagai penonjol karakter huruf. Abul aswad ad-du’ali menambah titik sebagai penanda huruf yang kemudian diteruskan penambahan harakat oleh Khalil Ibn Ahmad al-Bashri. Khalil ibn Ahmad al-Bashri menjadikan wawu kecil di atas yang kemudian kita kenal dengan dhammah, menjadikan alif kecil di bawah yang kita kenal sebagai kasrah, alif kecil di atas yang kita kenal dengan fathah, ujung sin yang kita kenal sebagai tasydid, dan kepala kha’ yang kita kenal sebagai sukun.[1]
Jika apa yang dilakukan di atas oleh Khalil ibn Ahmad al-Bashri adalah untuk menghindari kesalahan dari pembacaan al-Qur’an, maka pada masa selanjutnya, penulisan al-Qur’an berubah dengan fungsi lain yakni sebagai hiasan dan sebagai media dakwah melalui nilai estetikanya. Selain kedua fungsi tersebut, penulisan al-Qur’an juga dijadikan symbol kejayaan dan identitas Islam dengan dituliskanya ditempat-tempat sentral islam seperti ka’bah, masjid-masjid, dan beberapa tempat lainya.
Saat ini, seni tulis al-Qur’an yang dikenal dengan kaligrafi sudah mejadi hal bagian dari nilai Islami. Kaligrafi banyak diajarkan diberbagai pesantren dan madrasah serta dibentuk pula berbagai lembaga untuk menaunginya. Keindahan kaligrafi juga dijadikan sebagai ajang perlombaan ditingkat regional, nasional, dan bahkan internasional. Penulisan kaligrafi pun semakin beragam jika dulu khat yang dikenal sebatas naskhi dan khufi klasik, saat ini banyak khat yang dikembangkan mulai dengan munculnya berbagai khat, seperti diwani, farisi, riq’ah, tsulutsi, dan sebagainya.
Dalam ilmu tafsir, makna digali melalui lafadz, namun dalam ilmu kaligrafi, makna ternyata tersembunyi tidak hanya pada lafadz namun juga pada jenis khat, warna, ornament, media dan aspek eksternal lainya. Hal ini tentunya menjadi permasalahan tersendiri mengenai pemaknaan ini. Dalam tafsir al-Qur’an sering kali produk tafsir menjadi objek kritik karena cenderung subjektif, padahal dalam seni kaligrafi pemaknaan atas ayat yang ditulis jelas lebih dipertanyakan kenapa bisa demikian.
Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana ragam makna yang tersirat dari seni kaligrafi, dan darimakna dasar pemaknaan simbol-simbol kaligrafi tersebut. Penelitian ini mengambil lokasi di Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang dikenal dengan Laboratorium Agama yang nantinya akan dijadikan sebagai lahan studi berbagai karya seni yang ada di dalamnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa dan bagaimana bentuk dan ragam kaligrafi di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga?
2.      Bagaimana pemaknaan kaligrafi-kaligrafi di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga menurut kaligrafernya?
3.      Bagaimana resepsi pengunjung atas kaligrafi-kaligrafi di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga baik?

C.    Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat Field Research dalam meneliti langsung kelapangan data-data mengenai kaligrafi dan berbagai aspek mengenainya. Dalam menggali informasi, peneliti mengunakan metode interview kepada penulis kaligrafi dan pada para masyarakat luas dalam mengetahui resepsi mereka terhadap fenomena kaligrafi. Sebagai pendekatan dalam fenomena ini, penulis mengunakan pendekatan fenomenologi sebagai dasar dalam mengetahui kejadian dan pemaknaanya. Penelitian ini sumber data primernya ialah kaligrafi-kaligrafi yang ada di Labag UIN Sunan Kalijaga disertai pemaknaanya oleh penulis dan akan menggunakan sumber skunder buku dan literature-literatur mengenai kaligrafi lainya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Kaligrafi di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga
Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga resmi berdiri pada tanggal 5 Agustus tahun 2010 dengan tajuk labratoriun agama karena tempat ini berfungsi mengkaji berbagai problem keagamaan dan sebagai simbol integrasi interkoneksi.[2] Paradigma integrasi interkoneksi tersebut disimbolkan dengan berbagai elemen yang menghiasai tiap sudut, mulai dari tanaman, arsitektur masjid, ornament dan kaligrafi yang menghubungkan perpaduan antar budaya dan antar keilmuan.
Salah satu elemen penting dalam laboratorium Agama UIN Sunan Kaliaga yang menjadi simbol paradigma integrasi interkoneksi adalah kaligrafi. Kaligrafi di tempat tersebut banyak menghiasi beberapa sudut dengan tema yang berbeda-beda dan dengan model yang berbeda-beda. Setelah mencermati kaligrafi yang ada di laboratorium agama UIN Sunan Kalijaga, peneliti menemukan beberapa data sebagaimana berikut:
1.      Jenis Sumber penulisan
a.       Ayat al-Qur’an b. Hadis c. Kata mutiara
2.      Model bahasa
a.    Bahasa arab murni, b. Bahasa arab melayu/pegon
3.      Jenis Khat
a.    Tsulutsi b. Khufi c. farisi d. diwani e. naskhi f. riqah
4.      Media
a.       Kanvas b. Seng c. Kayu d. tembok

Kaligrafi-kaligrafi al-Qur’an di Labag uin Sunan Klijaga Yogyakarta data april 2013 dengan mengikutkan lafadz Allah dan Muhammad
No
Kaligrafi
Jum
Letak
Jens khat
Wrn khat
Wrn Bck
media
1
Lafdz Allah
1
Srambi barat L.1
Tsulutsi
Hitam
Abu-abu
Kanfas
2
Lafdz Muhammad
1
Srambi barat L.1
tsulutsi
Hitam
Abu-abu
Kanfas
3
Al-Alaq 1-5
1
Atas mimbar
Tsulutsi
Emas/cok
Hitam
Seng
4
Yusuf 76
1
Di mimbar
khufi
Putih
Warn-war
Kayu
5
Al-Kahfi 109
1
Kanan mimbar L.1
farisi
Emas
hitam
Seng
6
Al-mujadilah 11
1
Kiri mimbar L.1
farisi
Emas
hitam
Seng
7
Lafdz allah
1
Kanan mimbar
Tsulutsi
Oranye
hitam
Kayu
8
Lafdz Muhammad
1
Kiri mimbar
Tsulutsi
Oranye
hitam
Kayu
9
Asm’ alHsn
99
Pilar-pilr L.1 / L.2
Farisi
Cok/kayu
Cok/kayu
Kayu
10
An-Nahl 90
8 jns
Pint k 3,4,7,8,11,12,15,16 dr brt
Tsulutsi
Putih
transp
Sticker
11
Az-zumar 53
1
Serambi barat
tsulutsi
putih
Hitam ab
kanvas
12
Kaligrafi lainnya
2
Lantai atas
tsulutsi


tembok
13
2
naskhi


14
4
riqah


15
3
khufi


16
4
diwani


Jumlah
131

Temuan di atas adalah kaligrafi al-Qur’an dengan asma’ al-husna yang ada di Labag UIN. Kaligrafi tersebut berjumlah total 116, hanya saja kami dalam menghitung asma’alhusna hanya menjumpai 87 asma’al-husna, sedangkan menurut ta’mir dan perancangnya, jumlah asma’ al- husna di masjid UIN telah lengkap. Mengenai tempatnya sendiri mulai pintu ta’mir, lantai satu, lantai dua, sampai mimbar. Tataletak ini merupakan hasil dari diskusi tim perancang dengan professor-profesor UIN Sunan Kalijaga.

B.            Pemaknaan Kaligrafi oleh Penulisnya[3]
Pada masa awal Islam, tulisan arab yang digunakan menulis al-Qur’an berfungsi sebagai pendamping hafalan dalam melestarikan al-Qur’an dalam kesejarahanya. Penulisan al-Qur’an tersebut sampai pada masa ini telah banyak melalui berbagai kebudayaan. Dan kaligrafi pun mewakili kebudayaan di mana ia ditulis. Kaligrafi pun menjadi saksi sejarah maju maupun runtuhnya suatu peradaban.
 Setiap seniman kaligrafi pada masanya telah banyak mengekspresikan perasaan dan pemikiran mereka pada kaligrafi, sampai saat itu, fungsi kaligrafi pun berkembang menjadi dua fungsi jika dilihat secara garis besar tidak hanya berfungsi pada ekspresi seni keindahan, namun juga menjadi media kritik sosial dan menjadi naskah sejarah yang menceritakan tentang setiap hal yang ia rekam.
Setiap tempat dan waktu dimana kaligrafi ditulis memberikan karakteristik-karakterstik kepada kaligrafi baik dari segi model dan warna. Bagi setiap orang yang membaca kaligrafi sering kali hanya berusaha membaca dan memahami pesan teks yang disampaikan, namun tidak tahu bahwa selain pesan yang terkandung dalam teks, ternyata ada pesan lain yang terkandung di luar teks seperti warna, warna sendiri menjadi perwujutan dari pesan yang ada didalam teks, sebagaimana hijau dan biru yang menjadi ekspresi alami dan ekspresi kehidupan. Selain warna, ada media lain yang digunakan sebagai sarana ekspresi seperti media penulisan.
Dalam tinjauan artistik, media penulisan kaligrafi sangatlah penting yang berfungsi sebagai penyatu antara jiwa teks dengan badannya. Media penulisan kaligrafi bisa beragam, seperti kayu, tembok, kain, dan lain sebagainya, seorang ilmuan barat pernah menyatakan bahwa kaligrafi adalah tulisan yang paling elastis. Maksud dari kata elastik disini dimaksudkan kepada kelenturan kaligrafi yang bisa ditulis dimanapun dan bisa mengikuti pola media dimana ia ditulis, jika media berbentuk memanjang kaligrafi bisa ditulis memanjang dan jika media berbentuk bulat, maka kaligrafi juga bisa mengikuti pola tersebut, sampai akhirnya kaligrafi juga mengikuti pola yang lebih beragam.
Di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kaligrafi banyak dijumpai mewarnai beberapa sudutnya. Mengenai tata letak kaligrafi dan perancangannya sebagaimana yang dijelaskan bapak Robet yang saat itu berperan penting dalam pembuatanya menyatakan bahwa pembuatan proyek kaligrafi di Labag UIN membutuhkan waktu lebih dari satu tahun dan diwarnai dengan perdebatan yang tajam mulai perdebatan mengenai setuju dan tidaknya ada kaligrafi di UIN sampai perdebatan bagi yang setuju dengan kaligrafi mengenai khat dan corak kaligrafi.
Setelah diskusi panjang mengenai konsep kaligrafi oleh, proses pemilihan kaligrafi pun ditentukan oleh rektor saat itu Amin Abdullah yang saat itu mencoba memasukan paradigma integrasi interkoneksi ke dalam kaligrafi di labag UIN Sunan Kalijaga. Hal ini bisa dilihat dengan hampir keseluruhan kaligrafi di Labag UIN berbcara mengenai ilmu mulai dari pintu yang bertemakan QS: al-a’raf 7:29, sampai ke mimbar surat yusuf 12:76.

Kali grafi di mimbar, surat yusuf 12:76    :
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
Di atas setiap yang berilmu ada yang maha berilmu
Ayat ini menjadi simbol bahwa seberapa pintar orang yang berbicara di atas mimbar ini, masih ada yang lebih memiliki ilmu yakni Allah.
Mengenai ayat dipintu sendiri menjadi simbol tentang perjalanan setiap mahasiswa yang menuntut ilmu bahwa mereka ketika masuk tujuanya adalah mencari ilmu ketika pulang haruslah membawa ilmu:
Kaligrafi dengan media sticker putih QS: Az-Zumar 39:9 yang berlokasi di pintu serambi
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ
Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui


Selain itu beberapa ayat lanya juga memiliki pesan tentang Allah ada kapanpun dengan rahmatnya pada siapapun, kepada dialah setiap orang dalam kondisi apa pun baik yang putus asa, bahagia, sedih, terluka kembai pada Allah.

 

Kaligrafi di serambi bag barat, dinding utara.QS: az-Zumar 39:53

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

C.    Resepsi Pengunjung atas kaligrafi-kaligrafi di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga

Dalam menggali informasi ada tiga bentuk pertanyaan yang kami pakai sebagaimana berikut:
1. Apa fungsi kaligrafi di labag uin suka menurut anda?
2. Mana kaligrafi yang menurut anda paling anda sukai?
3. Bagaimana sikap anda: memperhatikan, membaca, atau memaknai kaligrafi tersebut?
Ketiga pertanyaan di atas adalah ntuk mengetahui bagaimana resepsi mereka terhadap kaligrafi-kaligrafi yang ada di Laboratorium Agama UIN Sunan Kaljaga, sejauh mana ketertarikan mereka pada kaligrafi-kaligrafi tersebut, serta sejauhmana upaya mereka dalam memahami pesan dari kaligrafi tersebut.
Dalam menggali informasi mengenai resepsi pengunjung atas adanya kaligrafi-kaligrafi yang mengihiasi labag UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ada Sembilan informan yang kami Tanya perihal resepsi mereka terhadap kaligrafi di labag UIN Sunan Kalijaga, yang kesembilan informan tersebut terdiri dari tuju orang Mahasiswa, seorang pengunjung dari luar, dan seorang ta’mir.
Dalam resepsi para pengunjung yang kami wawancarai, muncul beragam tingkat perhatian dari mereka, ada yang sebatas memerhatikan, sebatas membaca dan melakukan pemaknaan. Dari sembilan orang, empat orang di antaranya hanya memerhatikan kaligrafi-kaligrafi di masjid UIN, satu orang sebatas membaca tanpa memaknai, dan empat orang mencoba memaknai.
Dari argument mereka, teryata tidak semua menganggap adanya kaligrafi sebagai hal yang memiliki nilai positif, namun juga bisa bernilai negatif. Bagi mereka yang menganggap kaligrafi memiliki kesan positif, resepsi mereka terbagi kepada dua model resepsi, pertama adalah resepsi Hermeneutik dan yang kedua resepsi Estetik. Resepsi hermeneutik yang dilakukan pengunjung yang kami wawancarai sebagai langkah interpretasi mereka memunculkan beragam argument, di antaranya bahwa, kaligrafi di labag UIN menjadi simbol atau identitas Islam ditengah arsitektur jawa masjid uin serta kaligrafi di labag UIN sebagai motivasi keilmuan karena hampir semua kaligrafi yang ada di labag mengandung pesan keilmuan yang terdiri dari ayat-ayat tentang ilmu. Dalam Resepsi Estetik yang dilakukan pengunjung yang kami wawancarai diantaranya memandang keindahan kaligrafi sebagai penyegar dan untuk membuat suasana lebih indah suasana, barbagai khat, pewarnaan, dan tata letaknya membuat labag UIN semakin kelihatan indah dalam perpaduan nilai keislaman, keindonesiaan, dan jawa, namun ditengah argument positif, kami juga menemukan seorang pengunjung yang menyatakan bahwa adanya kaligrafi dengan berbagai motif dan warna akan mengganggu kekhusyu’an dalam beribadah.
D.       Analisis
1.              Proses Pengetahuan
Berdasarkan teori Peter Burger dan Lohman, Kaligrafi di laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga jika dilihat dari proses pengetahuan mengapa dibuat adalah sebagai simbol tentang Paradigma Integrasi Interkoneksi yang digagas Amin Abdullah, namun pemilihan ayat khat dan aspe klain diputuskan berdasarkan diskusi alot selama lebih dari satu tahun. Adanya kaligrafi di tempat tersebut secara garis besar ada berdasarkan subjektifikasi Amin Abdullah yang ingin menuangkan pemikiranya pada tempat itu, kemudian dalam pemilihan ayat dan khat dipertimbangkan secara bersama yang pada tahap ini, aspek eksternalisasi berjalan.

2.      Berbagai pemaknaan tentang kaligrafi di Labag UIN Sunan Kalijaga
Mengenai pemaknaan suatu fenomena, Karl Mannheim membagi menjadi tiga pemaknaan, yakni objektif, Ekspresif, dan dokumenter. Pertama, fenomena kaligrafi di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga dalam makna objektif, kaligrafi  merupakan hiasan dalam bentuk seni tulis arab yang biasanya juga difungsikan untuk membawa nuansa islami jika kaligrafi ditempatkan di rumah ibadah. Kedua, dalam makna ekspresif, kaligrafi di laoratorium Agama UIN Sunan Kalijaga merupakan simbol paradigma Integrasi Interkoneksi keilmuan dan kebudayaan. Kaligrafi di tempat tersebut menghubungkan antar tujuh fkultas di UIN Sunan Kaljaga yakni Ushuluddin, Syari’ah, Tarbiyah, Adab, Dakwah, Fishum, dan dab. Ketiga, dalam segi makna dokumenter, kaligrafi di tempat tersebut ada karena kaligrafi merupakan media menyampaikan pesan integrasi interkoneksi, dan kaligrafi merupakan identitas rumah ibadah. Kedua aspek tersebut ada pada kaligrafi yang membuat di laboratorium UIN Sunan Kaliaga kaligrafi banyak mewarnai berbagai sudut.



[1] Muhammad Yusuf Dkk. Ulum At-Tafsir II (Jakarta: Departemen Agama RI, 1997), Hlm. 77.
[2] Kedaulatan Rakyat 3 Agustus 2010.
[3] Wawancara dengan pak Robet di gedung csc lantai 3 pusat kaligrafi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pukul 9.55-10.50. tanggal 30 April 2013.

No comments:

Post a Comment