TASAWUF MODERNIS
Oleh: Muhammad Barir Irfan
Oleh: Muhammad Barir Irfan
Dinamika perkembangan Islam dari masa ke masa memunculkan berbagai
asimilasi maupun akulturasi budaya yang pada akhirnya muncul berbagai kelompok
Islam yang memiliki karakteristik tersendiri baik dalam ritual maupun seberapa
islami kehidupan mereka. Permasalahanya ialah, berbagai persinggunagn antara
islamisasi dan kultural seringkali memunculkan faham tasawuf yang salah satu
ajaranya ialah waro’ dan Zuhut dimana kehidupan selalu
dijadikan sampingan dan tidak ada nilainya. Hal ini pula yang sering dituding
merupakan faktor ketertinggalan Islam paska runtuhnya dinasti Umayyah II di
Andalusia.
Namun ada satu fenomena
menarik yang sekaligus menjadi bukti bahwa tasawuf tidaklah selamanya
mengesampingkan aspek duniawiyah yang sering disebut dengan istilah Zuhut.
dengan melakukan reinterpretasi atas knsep Zuhut itu sendiri, Salah satu
gerakan yang mewarnai sejarah perkembangan Islam ini ialah suatu gerakan di
Libya yang dibawa oleh Muhammad bin Ali as-Sanusi, gerakan ini
dinamakan dengan toriqot
as-Sanusiyah.
Tanggal
12 Robi’ul Awwal 1202 H/22 Desember 1787 M merupakan tanggal kelahiran Muhammad
bin Ali as-Sanusi, karena tanggal inilah yang secara penanggalan Hijriyah sama
persis dengan tanggal dimana Nabi Muhammad lahir maka sering didengungkan bahwa
ia adalah imama al-Mahdi.
Terlepas
dari perbincangan apakah ia merupakan imam mahdi ataupun bukan, yang menarik
dari golongan ini ialah, walaupun terkesan beraliran Tasawuf Mistis, namun
golongan ini memiliki sisi yang berbeda dengan aliran tasawuf lain dimana
golongan ini dalam setiap kesempatan memegang prinsip hidup sejahtera. Terbukti
disetiap zawiyah (adalah sebutan bagi markas mereka) selain terdapat masjid dan
madrasah juga dapat ditemukan pabrik-pabrik dan perkebunan sengan sistem
irigasi modern.
Hal ini terntu menjadi sesuatu yang
mencengangkan yang berangkat dari asumsi awal yang sering muncul dibenak orang
pada umumnya bahwa ajaran tasawuf selalu mengesampingkan aspek duniawi.
Kemajuan golongan ini bahkan sempat terekam oleh Rosita Forbes yang berkunjung dan melakukan
observasi, kunjungan ini pada akhirnya memunculkan karya The secret of
Sahara, sebuah karya yang mencoba merepresentasikan keagungan kelompok ini beserta
sistem kehidupanya. Hampir tidak pernah ada hari-hari sepi di zawiyah,
selalu saja ada yang dikerjakan disana,
menjadikan masyarakatnya tersugesti untuk bekerja keras karna
dipengaruhi oleh lingkungan internalnya. dalam zawiyah akan ditemukan para
santri yang hilirmudik melakukan kajian keislaman, di lain sisi ada pula para
pengikut yang bekerja membuat kerajinan-kerajinan, dan pada sudut lain juga terdapat
masyarakat yang mengolah tanah, suatu penyatuan antara dua unsure, yakni
horizontal dan vertikal.
Gerakan ini dengan prinsip membuka lebar
pintu ijtihat, selalu melakukan terobosan baru dalam menyelesaikan persoalan
yang ada. Salah satu teladan dari kelompok ini yang menjadikanya besar sebelum
dikikis oleh tentara Inggris adalah tentang prinsip kesetiaan yang dipupuk
mulai sejak dini lewat ajaran tasawufnya dalam membentuk karakter yang dimana
seorang syaikh atau pimpinan agama merupakan peluit baik tanda pergerakan
maupun tanda kevakuman. Hal tersebut dimanfaatkan betul olah as-Sanusi dimana
dengan bekal kesetiaan pengikutnya itulah, dia mencoba menggiring umatnya agar
menyusun bangunan kehidupan yang kokoh karena dengan bekal inilah manusia bisa
hidup di dunia secara materi, tidak hanya dengan bekal zikir rutin yang menjadi
kuntinuitas kelompok ini dalam mengharapkan tempat terbaik secara eskatologis.
No comments:
Post a Comment