Friday, June 15, 2012

TASAWUF MODERNIS


TASAWUF MODERNIS
Oleh: Muhammad Barir Irfan

Dinamika perkembangan Islam dari masa ke masa memunculkan berbagai asimilasi maupun akulturasi budaya yang pada akhirnya muncul berbagai kelompok Islam yang memiliki karakteristik tersendiri baik dalam ritual maupun seberapa islami kehidupan mereka. Permasalahanya ialah, berbagai persinggunagn antara islamisasi dan kultural seringkali memunculkan faham tasawuf yang salah satu ajaranya ialah waro’ dan Zuhut dimana kehidupan selalu dijadikan sampingan dan tidak ada nilainya. Hal ini pula yang sering dituding merupakan faktor ketertinggalan Islam paska runtuhnya dinasti Umayyah II di Andalusia.
 Namun ada satu fenomena menarik yang sekaligus menjadi bukti bahwa tasawuf tidaklah selamanya mengesampingkan aspek duniawiyah yang sering disebut dengan istilah Zuhut. dengan melakukan reinterpretasi atas knsep Zuhut itu sendiri, Salah satu gerakan yang mewarnai sejarah perkembangan Islam ini ialah suatu gerakan di Libya yang dibawa oleh Muhammad bin Ali as-Sanusi, gerakan ini dinamakan dengan toriqot as-Sanusiyah.
Tanggal 12 Robi’ul Awwal 1202 H/22 Desember 1787 M merupakan tanggal kelahiran Muhammad bin Ali as-Sanusi, karena tanggal inilah yang secara penanggalan Hijriyah sama persis dengan tanggal dimana Nabi Muhammad lahir maka sering didengungkan bahwa ia adalah imama al-Mahdi.
Terlepas dari perbincangan apakah ia merupakan imam mahdi ataupun bukan, yang menarik dari golongan ini ialah, walaupun terkesan beraliran Tasawuf Mistis, namun golongan ini memiliki sisi yang berbeda dengan aliran tasawuf lain dimana golongan ini dalam setiap kesempatan memegang prinsip hidup sejahtera. Terbukti disetiap zawiyah (adalah sebutan bagi markas mereka) selain terdapat masjid dan madrasah juga dapat ditemukan pabrik-pabrik dan perkebunan sengan sistem irigasi modern.
Hal ini terntu menjadi sesuatu yang mencengangkan yang berangkat dari asumsi awal yang sering muncul dibenak orang pada umumnya bahwa ajaran tasawuf selalu mengesampingkan aspek duniawi. Kemajuan golongan ini bahkan sempat terekam oleh  Rosita Forbes yang berkunjung dan melakukan observasi, kunjungan ini pada akhirnya memunculkan karya The secret of Sahara, sebuah karya yang mencoba merepresentasikan keagungan kelompok ini beserta sistem kehidupanya. Hampir tidak pernah ada hari-hari sepi di zawiyah, selalu saja ada yang dikerjakan disana,  menjadikan masyarakatnya tersugesti untuk bekerja keras karna dipengaruhi oleh lingkungan internalnya. dalam zawiyah akan ditemukan para santri yang hilirmudik melakukan kajian keislaman, di lain sisi ada pula para pengikut yang bekerja membuat kerajinan-kerajinan, dan pada sudut lain juga terdapat masyarakat yang mengolah tanah, suatu penyatuan antara dua unsure, yakni horizontal dan vertikal.
Gerakan ini dengan prinsip membuka lebar pintu ijtihat, selalu melakukan terobosan baru dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Salah satu teladan dari kelompok ini yang menjadikanya besar sebelum dikikis oleh tentara Inggris adalah tentang prinsip kesetiaan yang dipupuk mulai sejak dini lewat ajaran tasawufnya dalam membentuk karakter yang dimana seorang syaikh atau pimpinan agama merupakan peluit baik tanda pergerakan maupun tanda kevakuman. Hal tersebut dimanfaatkan betul olah as-Sanusi dimana dengan bekal kesetiaan pengikutnya itulah, dia mencoba menggiring umatnya agar menyusun bangunan kehidupan yang kokoh karena dengan bekal inilah manusia bisa hidup di dunia secara materi, tidak hanya dengan bekal zikir rutin yang menjadi kuntinuitas kelompok ini dalam mengharapkan tempat terbaik secara eskatologis.

 

No comments:

Post a Comment