tulisan ini bukanlah tulisan formal yang ditulis karena tuntutan atau kerkurung jerat aturan, namun tulisan ini lebih pada nilai praktek seseorang dalam mengarungi kehidupanya sebagai manusia yang lahir di dunia.
pada suatu saat ada seekor bunglon kecil melintasi akar pohon jati, dan jadilah ia berwarna kuning pucat,, dan saat ia menginjak rumput teki terihat ia berganti warna menjadi hijau tuwa, langkahnya pun terus menapak dan sampailah ia pada sebuah tumpukan daun kering, dia berhenti sejenak untuk merenung tentang apakah dia harus terus seperti ini, terkungkum dalam ikatan rasa khawatir dan selalu takut tidak bisa menemukan jatidirinya sendiri..
seperti itulah hidupku dan perjalananku selama ini dalam melakukan banyak hal aku selalu takut dan terus berfikir konsekuensi negatif jika tindakanku salah. padahal sangat jelas dalam telinga hatiku ada suara yang selalu berkata "walau anjing menggonggong kafilah tetap berlalu"
sungguh aneh memang bahwa tiap hari banyak tempat yang aku kunjungi, dan uniknya, tiap tempat memiliki kekhasan yang beragam dengan pola dan watak manusia yang beragam pula. di sebuah tempat di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di jalan Babaran beberapa temanku bersusahkeras dalam meniti karir dan terkadang mengesampingkan prilaku sosialnya, dia hanya memikirkan dirinya sendiri serta bisnisnya tanpa menghiraukan beberapa orang yang dirugikan.
berbeda di daerah sinduadi yang tidak jauh dari tempat itu masih sekitar 5 KM dari babaran, disitu ada keluarga agamis yang selalu mengabdikan dirinya siang dan malam berusaha melayani masyarakat terutama mereka yang lemah tanpa meminta suatu imbalan kecuali hanya ridhonya.
di sisi yang berbeda, di suatu daerah yang juga tidak terlalu jauh bernama Gondokusuman, ada suatu komunitas yang setiap saat meluapkan keceriaan, bercanda, tertawa, bernyanyi, dan terkadang melakukan aktifitas agama secara bersama-sama. semua hal dalam segala aspek selalu dilakukan dengan kebersamaan.
ketidak konsistenanku bermula di tempat pertama, aku entah mengapa selalu bersikap profesional, terkesan tidak iklas dan terbatas oleh waktu dan selalu mempertimbangkan gaji ketika aku disana.
ketika aku ada di tempat kedua, ada suatu perubahan besar yang terjadi pada diriku, aku merasakan bahwa dunia hanyalah miliknya dan semua rizki dan apa yang dilakukan manusia kesemuanya telah diatur oleh yang maha kuasa, aku terus bersikap tenang tunduk dan sopan jika berada di tempat ini.
namun ketika aku berada pada tempat ketiga,, aku telah bermetamorfosis menjadi aku yang ceria terlihat dari suara tertawa dengan beberapa teman akrabku di sana yang selalu menghiburku dikala sedih.
kenapa aku sulit menemukan tentang "siapa aku" yang sebenarnya?
kenapa aku selalu berubah-ubah?
apakah jika aku berubah-ubah itu merupakan hal yang salah?
itu lah proses perjalanan manusia,
ReplyDeletesuatu saat kita akan menemukan siapa diri kita sendiri,
:)
ya,, semoga,,
Deletesenyumnya mana???
ReplyDeletehehe,,,