dipersembahkan kepada :
:
Dr. Sekar Ayu Aryani, MA
Oleh :
MUHAMMAD BARIR,
S.Th.I
YOGYAKARTA
2014
A.
Pendahuluan
Penelitian merupakan satu di antara tiga aspek dalam Tri Dharma
perguruan tinggi. Pentingnya aspek ini tidak hanya pada dunia akademis namun
dalam dunia praktis. Karena hal tersebut, para peneliti terus berusaha
mengembangkan berbagai aspek metodologis yang menyokong penelitian salah
satunya dengan terus memperluas cara pandang dengan mengusung pendekatan
multidisipliner. Saat ini telah banyak tokoh yang ambil bagian untuk mendorong
lahirnya pendekatan baru, salah satunya adalah Fazlur Rahman yang berusaha
membawa Islam menerobos wilayah normatif menuju sisi historis.
Apa yang dilakukan oleh beberapa tokoh yang sealiran dengan Rahman
bukan berarti tanpa kritikan dari tokoh lainnya. Beberapa dekonstruksionis
banyak yang pesimis terhadap apa yang dilakukan oleh kaum kontekstualis.[1] Sebaliknya,
kaum kontekstualis juga tidak henti-hentinya mendorong gagasan pentingnya aspek
historisitas dalam memandang sebuah objek penelitian. Jorge J. E. Gracia
merupakan salah satu diantara kritikus terhadap kaum dekonstruksionis. Ia menyayangkan
aktivitas penelitian kaum dekostruksionis yang abai terhadap aspek historis,
padahal dalam penelitian seperti kajian teks, peran konteks tentu sangat
menentukan, karena teks yang diutarakan tidak mungkin terlepas dari latar
belakang historisnya dalam ruang dan waktu.[2]
Perdebatan antara kedua aliran tersebut terus berkembang dan bukan
berarti antara keduanya tidak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Mengenai pendekatan historis sendiri, sebagai sebuah cara pandang baru terutama
dalam kajian Islam, pendekatan ini cukup menarik untuk difahami, dikaji, atau
bahkan dikritisi lebih jauh untuk mengetahui masing-masing kelebihan dan
kekurangan pendekatan tersebut. tulisan ini merupakan sebuah upaya untuk
mengulas pendekatan historis dan korelasinya dalam kajian Islam. Beberapa aspek
yang menjadi poin rumusan permasalahan dalam tulisan ini adalah: 1. Bagaimana
Knsep pendekatan Historis?, 2. Bagaimana relevansi pendekatan historis terhadap
Kajian Islam?, 3. Bagaimana Prosedur penelitian sejarah.
B.
Konsep Pendekatan Hitoris
1.
Memahami
pendekatan sejarah
Memahami pendekatan historis tidak bisa lepas dari memahami
terlebih dahulu akan makna kata tersebut. Kata historis memiliki kedekatan
dengan kata History dalam bahasa Inggris yang memiliki makna sejarah (dalam
bahasa arab Syajarah). Kata tersebut diambil dari bahasa Yunani (istoria),
yakni gejala-gejala alam yang bersifat kronologis terutama yang berkaitan
dengan manusia. Menurut W Bauer (1928) sejarah merupakan ilmu pengetahuan
sebagai upaya melukiskan dan menjelaskan fenomena dalam mobilitasnya karena
adanya hubungan antara manusia di tengah kehidupan masyarakat.[3]
Dari pendefinisian ini, sejarah sebagai sebuah pendekatan atau pendekatan
historis tidak bisa terlepas dari kajian peristiwa yang melalui dimensi ruang
dan waktu.
Jika menariknya dalam konteks Islam, Menurut Lokatos, apa yang
dimaksud dengan Islam Historis adalah sebuah protective belt yakni
domain utama dari apa yang disebut ilmu, sistem pengetahuan yang secara
langsung bisa dinilai, diuji ulang, diteliti, dipertnyakan, diformulasi ulang,
dan dibangun kembali. Dari sini, Islam historis terlepas dari wilayahnya
sebagai Islam normatif. [4] Islam
tidak lagi dikaji pada aspek normatifnya, melainkan wujudnya ketika hidup di
tengah masyarakat, tempat, kondisi sosial, ekonomi, atau bahkan kondisi
politik. Hal ini pula yang mengantarkan pendekatan historis mau tidak mau
berhubungan dengan sejarah sebagai koreksi atas fatkta. Hal yang perlu digarisbawahi
adalah bahwa sejarah disini bukanlah merupakan sejarah naratif, namun sejarah
kritis yang tidak hanya melibatkan deskripsi namun juga analisis motif dan
kritik data.
Dalam suatu penelitian, aspek historis bisa ditempatkan pada dua
posisi yakni ia sebagai objek kajian dan ia sebagai alat bantu untuk mengkaji
dalam arti sebuah bagian dari metode penelitian. Di sinilah aspek penting yang
harus ditentukan tentang apakah ia merupakan sebuah pengetahuan atau ia sebagai
sebuah pendekatan. Konsekuensi pendekatan historis dalam penelitian terhadap
gejala-gejala atas fenomena yang terjadi mengharuskan untuk mempertimbangkan
beberapa aspek, di antara aspek tersebut adalah segi-segi prosessual,
perubahan-perubahan, dan aspek diakronis. Lebih dari itu pendekatan historis
tidak hanya digunakan untuk melihat pertumbuhan, perkembangan, dan kronologis
peristiwa masa lampau, namun juga digunakan untuk mengenal gejala-gejala structural,
faktor-faktor kausal, kondisional, kontekstual serta unsur-unsur yang merupakan
komponen dan eksponen dari proses sejarah yang dikaji.[5]
2.
Karakter
pendekatan historis
Selain dicirikan dengan kajian menadalam atas pertanyaan-pertanyaan
dasar yang berhubungan dengan realitas yang secara sederhana diwakili dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti siapa, apa, mengapa, di mana, kapan, dan
bagaimana, pendekatan historis juga memperhatikan metode penelusuran dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidakhanya secara deskriptif naratif,
namun lebih berusaha menjawabnya secara kritis analitis, sehingga apa yang
dilakukan pendekatan ini tidak hanya menyajikan
wacana naratif namun bertujuan untuk menganalisa alasan, motif dan berbagai hal
yang ada dibalik sebuah peristiwa. Aspek penting lainnya dalam pendekatan ini
juga adalah kerangka analisis dalam meneropong peritiwa masa lampau yang di
awali dengan permasalahan (problem-oriented).[6]
Pendekatan historis yang diterapkan pada sebuah riset memungkinkan
terhadap dua sifat penelitian, pertama adalah subjektif, yakni hasil penulisan
sejarah yang tercampuri oleh pra pengetahuan, gaya, dan struktur pemikiran
peneliti. Kedua adalah sifat objektif, yakni hasil penelitian yang berusaha
mengungkap data sebagaimana adanya data tersebut dapat mengarahkan pada fakta
yang objektif. Dari sini, hal yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara
data dan fakta. Perbedaan ini penting, berbeda dengan fakta, data merupakan
bahan-bahan mentah yang masih membutuhkan proses analisis.[7]
C.
Relevansi Pendekatan Historis terhadap Kajian Agama
Agama sebagai sasaran penelitian dalam pendekatan historis
memerlukan pembatasan pendefinisiannya tersendiri. Agama didefinisikan melalui
tiga aspek sebagaimana pendapat Keith A Roberts bahwa aspek pertama adalah
definisi agama secara subtansial, kedua secara fungsional, dan ketiga ialah
secara simbolik. Lebih jauh lagi, menurut Joachim Wach agama juga dapat dilihat
dari tiga unsur. Pertama adalah unsur teoritis yang menggambarkan agama sebagai
sistem kepercayaan, kedua adalah unsur praktis yang menggambarkan berbagai
tindak ritual yang dilakukan oleh pemeluk agama, dan unsur sosiologis yang
memposisikan agama dalam hubungan dan peranannya dalam kehidupan sosial.[8]
Agama-agama termasuk juga Islam tidaklah terlepas dari arus
sejarah. Bagaimanapun agama hadir dalam dimensi ruang dan waktu terutama sisi
keberagamaan pemeluk, ilmu-ilmu yang berkembang, upaya penyebaran, ritual dan
praktik keagamaan, dan berbagai kelompok-kelompok yang muncul kesemuanya
merupakan sejarah.[9]
Secara lebih jauh, pendekatan historis dalam mengkaji agama tidak hanya
digunakan untuk menelusuri peradaban dan kebudayaan yang bersinggungan
dengannya namun juga menelusuri berkembangnya aktivitas keagamaan dari individu
maupun kelompok keagamaan. Dari hal tersebut, pendekatan historis sangat
berguna bahkan dalam membantu para sosiolog dalam mengetahui evolusi agama dan
perkembangan tipologi kelompok agama.[10] Hal
tersebutlah yang pada gilirannya mengantarkan pendekatan hisoris dipertemukan
dengan pendekatan sosiologis menjadi pendekatan sosio-historis.
Dari paparan di atas, dapat diketahui bahwa agama dalam pendekatan
historis memiliki porsinya sendiri. Ia tidak lagi difahami dari segi
normatifitasnya, namun secara lebih jauh juga difahami dari nilai
historisitasnya dimana agama tersebut hidup sebagai sebuah sistem keberagamaan
yang bersinggungan dengan kondisi sosial, budaya, politik, ekonomi, dan capaian
lainnya yang menjadi konteks dimana agama tersebut menyatu dalam aktifitas
pemeluknya. Agama dalam posisi ini juga dapat digambarkan sebagai keberagamaan
yang dapat dilihat dapat dikritisi dan dapat pula dikembangkan karena agama
dari sudut pandang historis tidak hanya mengkaji sakralitas di dalam substansi
agama namun terkadang mengkaji sisi luar dari substansi agama terlepas dari
sakralitas tersebut.
Menurut Abu Rabi’, ada empat aspek yang berguna dalam mengkaji
Islam melalui pendekatan historis:[11]
1.
Islam
menjadi salah satu problem filsafat dalam dunia modern.
2.
Teologi
Islam mendapat bagiannya untuk dikaji dan diuji dalam pandangan sejarah
kepercayaan bukan melalui metafisika atau malah teologi Islam.
3.
Islam
bersumber dari al-Qur’an yang tidak lepas dari konteks turunnya yng di situ
terdapat nilai budaya, nilai sosial, dan nilai kemanusiaan.
4.
Islam
dapat disajikan sebagai fakta antropologis yang memiliki kemampuan pembentukan
budaya baru pada masyarakat.
D.
Prosedur Penelitian Sejarah
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan historis, terdapat
beberapa aspek yang harus difahami. Selain itu, ada pula tahapan-tahapan yang
harus dilalui. Dalam hal ini, secara garis besar, terdapat lima aspek yang
tidak dapat lepas sebagai Prosedur Penelitian Sejarah sebagaimana di bawah ini:[12]
1.
Pra
Penelitian
Dalam tahap ini, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan sasaran
peelitian dan topik. Dari topic yang terpilih nantilah judul dapat ditentukan
pula. Judul merupakan abstraksi dari topik yang di dalamnya mencakup unsur
objek, subjek, lokasi, dan waktu. Judul yang dipilih nantinya akan menentukan
alur lanjutan tahapan penelitian mulai dari latar belakang yang disertai
rumusan masalah, signifikansi yang memuat tujuan dan kegunaan penelitian,
peninjauan terhadap penelitian terdahulu, landasan teori sebagai acuan konsep
dan pemikiran-pemikiran di dalam penelusuran data dan analisis sejarah, metode
penelitian yang berisi langkah-langkah, jenis, sifat, dan sudut pandang
penelitian, serta sistematika pembahasan yang berguna menjabarkan kerangka
penyusunan penelitian.
2.
Pengumpulan
Sumber Sejarah (Heuristic)
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan historis, sumber
sejarah merupakan hal yang penting. Akurasi sumber sejarah sangat menentukan
kekuatan hasil penelitian untuk menampakan fakta yang terjadi. Data sejarah
bisa didapatkan dari banyak sumber seperti teks manuskrip, arsip, prasasti,
benda-benda peninggalan, maupun informasi dari seseorang yang bersentuhan
dengan informasi sejarah. Dalam pendekatan historis, hal yang tidak dapat diremehkan
adalah keaslian informasi. Salah satu kesulitan yang biasa dialami adalah upaya
mengungkap dan menggali informasi pada masa lampau yang memiliki jarak waktu
yang terpaut jauh dengan saat pengumpulan sumber sejarah. Keterbatasan sumber
terutama sumber tertulis bisa dibantu dengan sumber peninggalan-peninggalan dan
prasasti yang bisa dibantu dengan arkeologi.
3.
Kritik
terhadap Sumber Sejarah
Hal yang perlu diketahui adalah bahwa tidak semua tulisan atau
paparan sejarah memiliki vliditas hal ini menjadikan kritik sumber sejarah
merupakan aspek penting dalam penelitian historis. Tidak menutup kemungkinan
bahwa sejarah ditulis adalah karena motif dan kepentingan tertentu. Tidak
jarang alasan politik, ekonomi, dan berbagai hal lain menjadi alasan sejarah
ditulis untuk memenuhi cita-cita maupun untuk menutupi sebuah aib individu
maupun kelompok. Dari sini, tidaklah mengherankan jika terkadang dijumpai
perbedaan versi dalam sejarah terutama dalam tulisan masing-masing kelompok
yang memiliki perbedaan aliran.
Perbedaan versi dalam penulisan sejarah bisa dilihat dalam berbaga
tulisan atas peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi. Pada revolusi
Perancis tahun 1789 raja Louis ke-16 berkunjung ke Paris dengan menggunakan
bendera berwarna tiga yakni merah, putih dan biru. Hal ini didukung oleh
catatan harian Diknua, seorang anggota perwakilan rakyat jelata yang mencatat
kedatangan raja disertai dengan membawa panji berwarna tiga. Berbeda dengan
catatan Diknua, berdasarkan dokumen-dokumen resmi Perancis, terdapat kewajiban
terhadap masyarakat yang masuk ke dalam anggota milisi untuk membawa bendera
dua warna yakni merah dan biru. Gubernur Paris saat itu, Mouris, menyatakan
bahwa Raja melewati paris pada 17 juli 1789 Paris membawa panji dua warna yakni
merah dan biru. Selain itu, menurut duta besar Parma dan Genoa, Raja saat itu
membawa bendera dua warna.[13]
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan historis, terdapat dua
kritik sumber sejarah, pertama adalah kritik eksternal dan kedua adalah kritik
internal. Kritik eksternal merupakan sebuah pengupasan otentisitas sumber
sejarah termasuk pencarian siapa, kapan, di mana sumber sejarah tersebut
dibuat. Sedangkan kritik internal lebih mengacu pada isi dari sumber sejarah
berupa informasi-informasi yang dibutuhkan dalam mengungkap peristiwa masa
silam. Kritik internal bertujuan untuk mengungkap kredibilitas dan validitas,
serta menyelami alam piker pengarang.[14] Isi
informasi dalam sebuah sumber sejarah bisa dibandingkan dengan isi informasi
pada sumberlainnya untuk menguatkan data maupun untuk tahu tentang kemungkinan
adanya perbedaan informasi dari masing-masing sumber.
4.
Interpretasi
Sejarah
Salah satu hal yang menentukan hasil pengungkapan fakta sejarah
adalah aspek Interpretasi sejarah. Pada aspek ini, interpretasi terhadap sumber
historis adalah berupa proses pemahaman dan menyusunan fakta sejarah. Dalam
penyusunannya, peran sumber sejarah menjadi acuan validitas pengungkapan fakta
sejarah, namun aspek subjektifitas peneliti tidak tertutup kemungkinan juga
dapat mewarnai hasil dari pengungkapan fakta sejarah. Hal tersebut terjadi
dikarenakan penggunaan teori dalam menganalisa sumber sejarah. Dari sini, peran
penulis akan mewarnai kerangka, konseptual, dan kategorisasi dalam penulisan
fakta sejarah.
Dalam interpretasi sejarah, terdapat beberapa model dan jenis
interpretasi. Menurut kuntowijoyo, terdapat dua model interpretasi, pertama adalah
analisis dan kedua adalah sintesis. Analisis berarti menguraikan dan sintesis
berarti menyatukan.[15] Dalam
hal ini, yang dimaksudkan adalah menguraikan data dengan penjabaran secara luas
dan menyatukan suatu data sejarah dengan data-data sejarah yang lainnya untuk
mengungkap suatu fakta sejarah. Selain itu juga terdapat dua jenis
interpretasi, pertama adalah interpretasi monoistik dan kedua adalah
interpretasi pluralistik interpretasi monoistik merupakan jenis interpretasi
terhadap peristiwa besar dalam aspek tertentu, sedangkan interpretasi
pluralistik secara lebih luas mengintegrasikan sejarah dengan lingkup aspek
lainnya seperti sosial, budaya, ekonomi dll. Jenis kedua ini mengasumsikan
bahwa sejarah tidaklah terlepas dalam menunjukan pola-pola peradaban yang
bersifat multikompleks.[16]
Menurut Kuntowijoyo, meski memiliki kedekatan, antara pendekatan historis
dengan pendekatan sosiologis dapat dibedakan melalui hubungan diakronis dan
singkronis. Pendekatan hstoris menggunakan hubungan diakronis sedangkan
pendekatan sosiologis menggunakan hubungan singkronis.[17]
5.
Penulisan
Sejarah
Penulisan Sejarah merupakan istilah yang biasa dipakai dalam
penelitian sejarah. Karena mengacu pada data dan kritik terhadapnya, dalam
penelitian historis dibutuhkan penulisan yang bisa mengkolaborasikan dua aspek
dengan baik. Aspek tersebut adalah deskripsi dan analisis. Dua aspek ini
merupakan corak dari penelitian historis yang di dalamnya selain terdapat
pemaparan fakta yang bisa menggambarkan kejadian masa silam, juga terdapat pula
bagaimana mencermati secara dalam atas fakta tersebut dari berbagai sudut
pandang dengan melibatkan pemikiran.
E.
Kesimpulan
Dari hasil penelusuran berbagai hal tentang pendekatan historis,
berikut merupakan kesimpulan makalah ini sebagaimana mengacu pada rumusan
masalah di atas:
Pertama : sejarah sebagai sebuah pendekatan atau
pendekatan historis tidak bisa terlepas dari kajian peristiwa yang melalui
dimensi ruang dan waktu. pendekatan historis dalam penelitian terhadap
gejala-gejala fenomena yang terjadi mengharuskan untuk mempertimbangkan
beberapa aspek, di antara aspek tersebut adalah segi-segi prosessual,
perubahan-perubahan, dan aspek diakronis. Lebih dari itu pendekatan historis
tidak hanya digunakan untuk melihat pertumbuhan, perkembangan, dan kronologis
peristiwa masa lampau, namun juga digunakan untuk mengenal gejala-gejala
structural, faktor-faktor kausal, kondisional, kontekstual serta unsur-unsur
yang merupakan komponen dan eksponen dari proses sejarah yang dikaji.
Kedua : Secara lebih jauh, pendekatan historis
dalam mengkaji agama tidak hanya digunakan untuk menelusuri peradaban dan
kebudayaan yang bersinggungan dengannya namun juga menelusuri berkembangnya
aktivitas keagamaan dari individu maupun kelompok keagamaan. Dari hal tersebut,
pendekatan historis sangat berguna bahkan dalam membantu para sosiolog dalam
mengetahui evolusi agama dan perkembangan tipologi kelompok agama.
Ketiga : dalam prosedur penelitian historis,
terdapat beberapa aspek yang menjadi acuan. Aspek-aspek tersebut adalah
persiapan pra penelitian, pengumpulan data sejarah (heuristic), kritik
terhadap sumber sejarah, interpretasi sejarah, dan penulisan sejarah.
Daftar Pustaka
Abdurahman,
Dudung. (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner (Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006).
Abdullah,
Amin. Islamic Studiaes (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 52
Atho
Mudzhar, Pendekatan Studi Islam: teori dan Praktek (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), hlm. 23.
Basri,
Metodologi Penelitian Sejarah (Jakarta: Restu Agung, 2006), hlm. 76.
Chair,
Tholhatul. dan Fanani, Alwan. (ed.), Islam dalam Berbagai Pembacaan
Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Gracia, Jorge
J. E.. a Theory of Textuality: the Logic and Epistemology (New York:
State University of New York Press, 1995).
Hasan
Usman, terj. Muin Umar dkk. Metodologi Penelitian Sejarah (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1986)
Kuntowijoyo,
Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003)
Rahman, Fazlur. “Pendekatan terhadap kajian Islam dalam Studi
Agama” dalam Richard C. Martin, Pendekatan Kajian Islam dan Studi Agama (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2002).
[1] Lihat Fazlur
Rahman, “Pendekatan terhadap kajian Islam dalam Studi Agama” dalam Richard C.
Martin, Pendekatan Kajian Islam dan Studi Agama (Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2002), hlm206.
[2] Jorge J. E.
Gracia, a Theory of Textuality: the Logic and Epistemology (New York:
State University of New York Press, 1995), 28.
[3] Dudung
Abdurahman (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner (Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 41.
[4] Amin Abdullah,
Islamic Studiaes (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 52
[5] Dudung
Abdurahman (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner …,
hlm. 40.
[6] Dudung
Abdurahman (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner …,
hlm. 42.
[7] Lihat Dudung
Abdurahman (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner …,
hlm. 43.
[8] Lihat Dudung
Abdurahman (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner …,
hlm. 46.
[9] Atho Mudzhar, Pendekatan
Studi Islam: teori dan Praktek (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.
23.
[10] Lihat Dudung
Abdurahman (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner …,
hlm. 49.
[11] Tholhatul
Chair dan Alwan Fanani (ed.), Islam dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 81-82.
[12] Lihat Dudung
Abdurahman (ed.), Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner …,
hlm. 50-54.
[13] Hasan Usman,
terj. Muin Umar dkk. Metodologi Penelitian Sejarah (Jakarta: Departemen
Agama RI, 1986), hlm. 162.
[14] Basri, Metodologi
Penelitian Sejarah (Jakarta: Restu Agung, 2006), hlm. 76.
[15] Basri, Metodologi
Penelitian Sejarah (Jakarta: Restu Agung, 2006), hlm. 78.
[16] Basri, Metodologi
Penelitian Sejarah …, hlm. 79.
[17] Kuntowijoyo, Metodologi
Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. xii.
No comments:
Post a Comment