(Dari Mihrab Zakariya hingga Perjalanan Pendeta Majusi dari Timur)
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Studi Komparatif al-Qur’an dan Kitab Suci Agama-Agama
Dosen Pengampu :
Dr. Joko Prasetyo, AW. M.Th.
Disusun Oleh :
MUHAMMAD BARIR,
S.Th.I
NIM 1420510012
KONSENTRASI STUDI AL-QUR’AN DAN
HADIS
PROGRAM STUDI AGAMA DAN FILSAFAT
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
Contents
A. Latar Belakang
Yesus, yang dalam tradisi Islam dikanal dengan Nabi Isa AS, adalah
sosok yang hadir dalam sejarah dua agama besar, yakni Kristen dan Islam. Kedua
kitab suci agama tersebut sama-sama melukiskan sosok Yesus dengan versinya
masing-masing. Banyak perbedaan cerita dan tokoh-tokoh utama dalam kisah Isa,
sebagaimana sosok Yusuf yang dalam Matius 1: 19[1] digambarkan
sebagai Suami Maryam dan Lukas 2: 33[2]
yang menjelaskan bahwa Yusuf merupakan ayah Yesus. Sedangkan dalam al-Qur’an
sendiri Marya dianggap seorang gadis yang belum menikah. Dengan
perbedaan-perbedaan ini, tentunya sangat menarik untuk menyandingkan kedua
kitab tersebut untuk mengetahui keluasan kandungannya masing-masing serta
mencari titik temu dari perbedaan dan persamaan dalam penjelasan
kisah-kisahnya.
Sebenarnya, menyandingkan antara al-Qur’an dengan Bible tidaklah
tepat. Hal tersebut dikarenakan bagian al-Kitab yakni perjanjian baru (new testament)
sebagaimana yang dipercayai oleh umat Kristiani bahwa wahyu bukanlah Bible,
namun wahyu adalah apa yang termanifestasikan dalam segumpal darah dan daging,
yakni sosok Kristus.[3]
Namun, meski tidak cukup tepat, menyandingkan antara al-Qur’an dengan Bible
adalah penting, sebab keduannya sama-sama hadir sebagai sesuatu yang diyakini
merupakan Kitab Suci. Selain itu, kuduanya saat ini adalah salah satu
peninggalan yang tersisa yang sampai pada kita dari masa di mana baik Islam
maupun Kristen menyampaikan ajarannya pada umat kala itu.
Berangkat dari keterkaitan antara kedua Kitab tersebut, makalah ini
merupakan ulasan studi komparatif dalam mencari argumentasi antar Bible dan
al-Qur’an. Penulis mempersempit pembahasan dengan mengajukan tema kisah Isa sebagai
fokus kajian. Sosok ini menarik karena menempati tokoh sentral dalam mewarnai
perdebatan antara dua agama besar yakni Islam dan Kristen. Berangakat dari hal
ini, berikut merupakan rumusan masalah sebagai acuan dasar makalah yang penulsi
rangkai: 1. Bagaimana Posisi al-Qur’an dengan Bible, 2. Bagaimana kisah
kelahiran Isa AS dalam perspektif Bible?, 2. Bagaimana kisah kelahiran Isa AS
dalam perspektif al-Qur’an?, 3. Bagaimana keterkaitan antara kedua Kitab dalam
mengulas kisah kelahiran Isa?
B. Posisi al-Qur’an dengan Bible
Umat Islam menempatkan al-Qur’an sebagai kitab sakral (par
excellence), qadim, dan suci. Penafsiran terhadapnya diperketat dengan
syarat-syarat yang telah dibakukan oleh kesepakatan ulama. Hal tersebut tidak
terjadi pada Bible. Kitab ini diterima dan disadari oleh umat kristiani sebagai
karya yang ditulis. Lima kitab (Pentateuch) dapat ditafsiri dan
diterjemah ke dalam berbagai bahasa dengan kaidah yang lebih longgar, sebuah
kebebasan yang tidak sulit ditemukan dalam sejarah al-Qur’an. Bible bisa
dikatakan lebih dekat pada mobilitas zaman dan lebih kontekstual. Dengan
masing-masing kelemahan dan keunggulan ini, baik al-Qur’an dan Bible keduanya
menjadi salah satu rujukan dalam hokum, keshalehan (piety), dan ibadah (liturgy).
C. Kelahiran Yesus dalam Bible
1.
Tempat,
Waktu, dan Lingkungan Kelahiran
Ada beberapa perbedaan keterangan dalam bible mengenai lingkungan
kelahiran Yesus, hal ini sebagaimana dalam Lukas yang berbeda dengan Matius. Dalam
perjanjian baru (New Testament) Lukas 2:1-20, Yesus dilahirkan saat
dilakukan pendataan penduduk oleh kaisar Augustus (27 SM – 14 M) di wilayah
Syiria dan Palestina sekitar tahun 7 M. Sedangkan dalam Matius, dijelaskan
bahwa Yesus dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Herodes agung (37-4 SM)
yang merupakan ayah dari Kaisar Herodes Archelous yang wafat pada tahun 4 SM.[4]
Mengenai tempat kelahirannya, dalam Matius 2 : 1[5],
di jelaskan bahwa Baitullahmi (Betlehem) merupakan saksi di mana yesus bayi
lahir. Tempat ini berada pada jarak 10 kilometer kea rah Selatan kota
Yarusalem. Menurut Syauki Abu Khalil, kota kelahiran Yesus berdekatan dengan
kota Elia (Baitul Maqdis) dan saat ini wilayah ini dikenal sebagai tempat
industri ash-Shadafiyyah distrik at-Tahriz. Kelahiran Yesus ternyata telah
diketaui dalam ramalan pendeta Majusi. Dalam Lukas 2 : 1-12 terdapat penjelasan
tentang kisah beberapa pendeta Majusi dari Timur yang menuju Yarusalem. Saat
itu mereka bertanya dari satu orang ke orang lain : “di manakah Anak itu, yang
lahir untuk menjadi raja orang Yahudi? Kami melihat bintang-Nya terbit di
sebelah timur, dan kami datang untuk menyembah Dia”.[6]
Dari penjelasan tersebut, ada dua hal yang menggambarkan sosok yang akan lahir
yang dinanti-nanti oleh pendeta Yahudi. Yesus di ramamalkan datang sebagai raja
orang Yahudi, pertama adalah sosok ini nanti akan menjadi raja dan kedua sosok
ini nanti akan menjadi sesembahan mereka (worship).
Dengan kedatangan para pendeta majusi ini, penduduk Yarusalem
sepontan terkejut dan bahkan berita ini sampai pada telinga raja Herodes yang
kemudian menyuruh semua imam kepala dan guru-guru agama bangsa Yahudi datang
berkumpul. Lalu ia bertanya kepada mereka, "Di manakah akan lahir Raja
yang dijanjikan Allah?".[7] Sesudah mendapat keterangan itu, Herodes
memanggil ahli-ahli bintang dari Timur itu secara diam-diam. Lalu ia bertanya
kepada mereka kapan tepatnya bintang itu mulai kelihatan. Sesudah itu ia
menyuruh mereka ke Betlehem dengan pesan ini, "Pergilah, carilah Anak itu
dengan teliti. Dan kalau kalian menemukan Dia, beritahukanlah kepadaku, supaya
aku juga pergi menyembah Dia." Lalu pergilah mereka. Mereka melihat lagi
bintang yang mereka lihat dahulu di sebelah timur. Alangkah gembiranya mereka
melihat bintang itu! Bintang itu mendahului mereka, lalu berhenti tepat di atas
tempat Anak itu. Mereka masuk ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu dengan
Maria, ibu-Nya. Mereka sujud dan menyembah Anak itu, lalu membuka tempat harta
mereka, dan mempersembahkan kepada-Nya emas, kemenyan, dan mur. Karena mencium
bau muslihat raja Herodes melalui mimpi, mereka akhirnya tidak melapor apa yang
mereka temukan dan pulang melalui jalan lain.[8]
2.
Kontroversi
Hari Kelahiran Yesus
Mengenai tanggal kelahiran Yesus, umat Kristiani biasa
memperingatinya pada tanggal 25 Desemer. Penetapan hal ini ialah berdasarkan
keputusan Pau Libertus yang disahkan oleh kaisar Konstantin pada sekitar tahun
325-354 M.[9]
sedangkan dalam keterangan lain disebutkan bahwa ebenarnya kelahiran Yesus
tidaklah pada bulan Desember namun pada bulan Elul (bulan Yahudi) yang
bertepatan pada tanggal Agustus-September. selain itu musim dingin pada bulan
desember bukanlah hari dimana buah kurma masak dan gembala-gembala bisa bebas
merumput sebab bulan ini merupakan musim dingin dan bahkan sering turun salju.
Hal-hal tersebut menunjukan ada perbedaan dengan penjelasan dalam Bible yang
menyatakan bahwa hari kelahiran Yesus merupakan hari di mana gembala-gembala
berkeliaran dan musafir. Selain itu dalam beberapa pernyataan—meski kurang
tepat—pemilihan bulan 25 Desember sebagai hari Natal sering dikaitkan dengan
kelahiran dewa matahari Sedangkan dalam al-Qur’an hari kelahiran Isa ditunjukan
dengan kematangan pohon kurma sedangkan bulan desember bukanlah musim pohon
kurma matang.
D. Kelahiran Isa AS dalam al-Qur’an
1.
Kontroversi
al-Qur’an sebagai Kitab Sejarah
Ada perbedaan versi antara al-Qur’an dengan Bible dalam menjelaskan
silsilah Isa AS. Dalam al-Qur’an Imran digambarkan merupakan sosok ayah dari
Maryam (ibunda Isa AS). Hal ini tentu saja bertentangan dengan penjelasan dari
Perjanjian Baru 26 ayat 59, bahwa Imran merupakan ayah dari Musa dan Harun yang
keduanya merupakan Nabi jauh sebelum Isa Lahir. Sedangkan Maryam sendiri adalah
saudara dari keduanya. Hal ini juga disinggung dalam perjanjian lama surat 15
ayat 20 bahwa maryam adalah saudara perempuan Harun.
Muhammad bin Ishak sebagaimana disadur oleh Ibn Katsir menyatakan
bahwa kita bisa mengetahui silsilah Maryam berdasarkan namanya yakni Maryam bin
Imran bin Basyim bin Amon bin Manasye bin Hizkia bin Anas bin Yotam bin Azarya
bin Amazia bin Yoas bin Ahazia bin Yoram bin Yosafat bin Asa bin Abia bin
Rehabeam bin Sulaiman bin Daud. Sedangkan nabi Zakaria merupakan suami dari
bibik Maryam yang bernama Asya.[10]
Lalu yang menjadi pertanyaan dalam perbandingan ini adalah masa hidup
Nabi Musa sekitar 1527 hingga 1407 SM[11]
berpautan teramat jauh dengan kelahiran Isa AS. Dengan perbedaan yang teramat
jauh ini pula, mengakibatkan beberapa cendekia muslim seperti Muhammad Ahmad
Khalafullah lebih mengusulkan aliran dekonstruksionis dalam melihat fenomena
kisah dalam al-Qur’an dengan penggunaan pendekatan sastra.[12]
2.
Maria,
Seorang Gadis Perawan
Mengenai Yusuf (Joseph), apa yang dijelaskan dalam al-Qur’an sangat
berbeda dengan penjelasan dalam Two Gospel. Sebagaimana dalam Matius 1: 19[13]
yang menyatakan bahwa Yusuf adalah Suami Maryam dan Lukas 2: 33[14]
yang menjelaskan bahwa Yusuf merupakan ayah Yesus. Hal tersebut tentunya versi
yang sangat berbeda dengan apa yang akan ditemui dalam Al-Qur’an yang
menganggab Maryam merupakan gadis yang menjaga kesuciannya dan juga seseorang
yang sangat taat terhadap Tuhannya dengan tenpa memiliki suami.[15]
Dalam arti, al-Qur’an menjelaskan Isa lahir tanpa ayah, sebuah hal yang saat
ini tidak dapat dijangkau oleh logika.
Bermula dari kisah Istri Imran yang merupakan nenek Isa AS, beliau
saat usia lanjut belum juga dianugerahi keturunan. Suatu ketika ia melihat
kasih sayang seekor burung yang sedang memberimakan anaknya makanan. Hal
tersebut mengakibatkan ia sangat ingin sekali memiliki anak.[16]
Ia pun berdoa dan bernazar jikalau ia dianugerahi seorang anak, maka anak
tersebut akan diserahkan ke Baitul Maqdis dan menjadi pemelihara tempat suci
tersebut. Doa Imran akhirnya terkabul dengan lahirnya seorang puteri yang
diberi nama Maryam yang disebut juga Mary, Maria.
Sebagaimana apa yang menjadi nazar Imran, Maria pun akhirnya
diserahkan kepada pihak Baitul Maqdis yang saat itu dipimpin oleh saudara
sepupunya yang bernama Zakaria. Selama berada dalam asuhan Zakaria, Maryam tumbuh sehat, cerdas, dan bersikap
penuh bakti kepada Allah. Dan hal yang menjadi keanehan adalah, Maryam selalu
mendapatkan buah dari mihrab yang entah darimanadatangnya buah tersebut.
Apa yang terjadi pada Maryam tersebut dipaparkan dalam surat Ali
Imran 3: 37:
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan
yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan
Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia
dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh
(makanan) ini?’ Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah’.
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”.
Sebagaimana penjelasan di atas, al-Qur’an menggunakan istilah
Mihrab. Kata tersebut bisa memiliki berbagaimakna yang salah satunya adalah
gedung tinggi. Bisa juga bermakna lubang tidak tembus (niche)
sebagaimana pada kuil-kuil Mithraistik. Mihrab juga berasal dari kata Harb
yang berarti perang sehingga mihrab sering dimaknai sebagai tempat memerangi
hawa nafsu dan setan. Menurut Merriam Webster, mihrab merupakan cekungan pada
masjid sebagai penunjuk arah kiblat. Definisi lain tentang mihrab dikemukakan
oleh Taqiyyuddin al-Hilali dan Muhammad Muhsin Khan yang menyatakan bahwa
mihrab adalah ruang shalat kecil atau ruang privasi, bukan sebagai penunjuk
arah kiblat. Menurut Ibnu Katsir, mihrab bukanlah tempat imam sebagaimana pada
masjid-masjid sat ini, namun merupakan ruang utama ibadah sebelum kedatangan
Islam.
Mengenai kata Mihrab Pada perkembangannya, kata tersebut
diadopsi oleh Pemerintahan Islam dan dibangun di masjid nabawi adalah pada
tahun 88 H yang bertepatan dengan 708 M oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Hingga sekarang, mihrab di Masjid Nabawi berjumlah empat buah, yakni mihrab
Nabi Muhammad SAW yang terletak di bagian raudlah, mihrab Usmani, mihrab Hanafi
(Sulaimani), dan mihrab Tahajjud yang terletak di belakang kamar Fatimah
as-ahra[17]
Maryam tumbuh dewasa dan melalui rahimnyalah Isa AS lahir ke dunia.
Mengenai kisah kelahiran ini, versi al-Qur’an sedikit berbeda dengan apa yang
diketahui dalam cerita umat kristiani bahwa kelahiran Isa berlangsung di
kandang domba. Sebaliknya, al-Qur’an menyatakan Isa al-Masih lahir di sebelah
pohon kurma. Hal ini sebagaimana penjelasan dalam surat Maryam 19: 23-26:
“23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar)
pada pangkal pohon kurma, ia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan’. 24.
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ‘Janganlah kamu bersedih hati,
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. 25. Dan goyanglah
pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah
kurma yang masak kepadamu. 26. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.
Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang Manusia pun pada hari ini’.”[18]
E. Keterkaitan antara Kedua Kitab dalam Mengulas Kisah Kelairan Isa
Tulisan ini
tidak untuk mempersilangkan pendapat, namun lebih pada menyandingkan
argumentasi antara al-Qur’an dengan Bible dalam menyusun kisah kelahiran Isa
berdasarkan dua perspektif. Sebagaimana pendapat Muhammad Ahamad Khalafullah,
bahwa kisah dalam al-Qur’an lebih bersifat gambaran global, hal ini berbeda
dengan kisah dalam Bible yang lebih rinci. Selain itu gambaran kisah dalam
al-Qur’an mengarah pada aspek kemukjizatan baik yang ditunjukan oleh Maryam,
Zakaria, Maupun, Isa.
Kisah
kemukjizatan di antara Maryam, Zakaria, Maupun Isa ini sebagaimana dalam Ali
Imran 42-51. Dalam surat ini dijelaskan bahwa ketika Maryam sudah selesai
disusui hingga cukup usia dan akan diserahkan pada pihak Baitul Maqdis, terjadi
perselisihan antara beberapa Pemuka Baitul Maqdis tentang siapa yang paling
berhak mengasuh Maryam. Dan saat itulah Zakaria berniat membawa Maryam secara
diam-diam sebelum akirnya diketahui oleh mereka. Akirnya Zakaria diharuskan
mengikuti undian dengan para pemuka Baitul Maqdis lainnya dengan mengumpulkan
pena dan diundi dengan menyuruh anak kecil memilih di antara para pena mereka.
Akhirnya pena yang terpilih adalah milik Zakaria. Merasa tidak puas, para
pendeta mengundi ulang dengan melemparkan ke sungai pena-pena tersebut dan
memutuskan pemenang adalah pemilik pena yang melawan arus. Kemudian pena
Zakaria lah yang menang dan terakhir mereka mengundi kembali karena tidak
merasa puas dengan memutuskan pemenang adalah pemilik pena yang mengikuti arus,
maka dalam undian terakhir ini pula Zakaria menjadi pemenangnya.[19]
Maryam juga
memiliki kemampuan yang diberikan Allah dalam mendatangkan buah-buahan yang
tidak pada musimnya. Zakaria sering menemui Maryam dengan buah-buahan musim
panas padahal saat itu sedang musim dingin. Begitu juga sebaliknya, Maryam
sering mendapat buah-buahan yang hanya didapatkan pada musim dingina padahal
saat itu sedang musim panas. Maryam juga diberikan karunia oleh Allah dalam
mendapatkan buah kurma dan air sungai ketika masa beratnya dalam proses
melahirkan Isa. Sewaktu masih dalam buaian, Isa AS pun telah berbicara.
Hal-hal di atas
menjelaskan bahwa karakter al-Qur’an lebih mengarah kepada bukti-bukti yang
diberikan Allah berupa kisah yang metarasional. Mulai penjelasan teradap
kemukjizatan dan kemampuan metafisik, kemudian diikuti oleh perintah menyembah
Allah. Dalam sisi lain, Bible dalam kisah Yesus lebih mengarahkan isi
pembahasannya pada realitas sosial, politik, dan kemanusiaan. Poin-poin tersebut
merupakan mayoritas isi yang dibicarakan dan kisah-kisah metafisik memiliki
porsi yang lebih sedikit disbanding dengan al-Qur’an. Banyak aspek spesifik
yang dibicarakan dalam Bible bahkan mengenai tokoh dan tempat padahal Al-Qur’an
biasanya jarang sekali menyebut tokoh dan tempat. Hal tersebut sebagaimana
penyebutan raja Herodes, Betlehem dan tempat-tempat lainnya. Kisah dibiarkan
untuk disajikan secara lebih mengalir dalam hal isi, berbeda dengan al-Qur’an
yang mengaitkan kisah tertentu dengan kisah-kisah lainnya dan disusun secara
sastrawi mengikuti sajak-sajak dengan kesamaan irama akhiran ayat-ayatnya.
F. Kesimpulan
Apa yang
menjadi perbedaan antara keduanya ini sekali lagi merupakan kelebihan
masing-masing antara al-Qur’an dan al-Kitab. Ada tiga hal yang menjadi
kesimpulan dalam makalah ini:
1.
Kisah
dalam al-Kitab dari segi isi lebih bersifat spesifik dengan penyebutan tempat
dan tokoh yang dibicarakan dan dalam hal karakter penulisan lebih mengalir
sebagaimana penulisan sejarah.
2.
Al-Qur’an
lebih berbicara mengenai Isa secara global dan aspek yang disentuh adalah
ketauhidan dengan pembahasan mu’jizat dan keesaan Allah, bahasa yang dipakai
oleh al-Qur’an lebih mengarah pada aspek sastra dengan rima akhiran yang
berkesesuaian antar masing-masing ayat.
3.
Baik
al-Qur’an maupun Bible keduanya memiliki kelebihan masing-masing sebagaimana
berikut:
no
|
Aspek
|
Al-Qur’an
|
Bible
|
1
|
Isi
|
Isi lebih global
|
Isi lebih spesifik dan mendetail
|
2
|
Bahasa
|
Bahasa sastra
|
Bahasa penulisan sejarah
|
3
|
Mayoritas Pembahasan
|
Tauhid dan Kemu’jizatan
|
Aspek realitas historis dan sosial
|
G. Daftar Pustaka
Geoffrey Parrinder, Jesus in The Qur’an (Oxford: Oneworld
Oxford, 1996)
Ibn Katsir, Kisah Para Nabi terj. Dudi Rasyadi (Jakarta:
Kautsar, 2011).
Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah
Terj. Zuhairi Misrawi dan Anis Maftuhin (Jakarta: Paramadina, 2002).
Syahruddin el-Fikri, Situs-Situs dalam al-Qur’an: Dari Banjir
Nuh Hingga Bukit Thursina (Jakarta: Republika, 2010).
Wilfred Cantwell Smith, Kitab Suci Agama-Agama (Jakarta:
Teraju, 2005).
Al-Kitab Online Bahasa Indonesia http://www.jesoes.com
Al-Qur’an al-Karim (Bandung: Diponegoro, 2002)
[1] “Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di
muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.”
[2] “Ayah dan ibu
Anak itu heran mendengar apa yang dikatakan Simeon tentang Anak mereka.”
[3] Wilfred
Cantwell Smith, Kitab Suci Agama-Agama (Jakarta: Teraju, 2005), hlm. 76.
[4]
Syahruddin
el-Fikri, Situs-Situs dalam al-Qur’an: Dari Banjir Nuh Hingga Bukit Thursina
(Jakarta: Republika, 2010), hlm. 78.
[5]
Matius 2 : 1
[6] Lukas 2: 2
[7]
Lukas 2: 4
[8]
Lukas 2: 7-12
[9]
Syahruddin
el-Fikri, Situs-Situs dalam al-Qur’an: Dari Banjir Nuh Hingga Bukit Thursina
(Jakarta: Republika, 2010), hlm. 83.
[10]
Ibn Katsir, Kisah
Para Nabi terj. Dudi Rasyadi (Jakarta:, 2011), hlm. 930.
[11] Syahruddin
el-Fikri, Situs-Situs dalam al-Qur’an: Dari Banjir Nuh Hingga Bukit Thursina
(Jakarta: Republika, 2010), hlm. 37.
[12] Muhammad Ahmad
Khalafullah, al-Qur’an Bukan Kitab Sejarah Terj. Zuhairi Misrawi dan
Anis Maftuhin (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 30.
[13] “Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di
muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.”
[14] “Ayah dan ibu
Anak itu heran mendengar apa yang dikatakan Simeon tentang Anak mereka.”
[15] Geoffrey
Parrinder, Jesus in The Qur’an (Oxford: Oneworld Oxford, 1996), hlm. 23.
[16] Ibn Katsir, Kisah
Para Nabi terj. Dudi Rasyadi (Jakarta:, 2011), hlm. 930.
[17] Syahruddin
el-Fikri, Situs-Situs dalam al-Qur’an: Dari Banjir Nuh Hingga Bukit Thursina
(Jakarta: Republika, 2010), hlm. 37.
[18] QS Maryam 19 :
23-26
[19]
Ibn Katsir, Kisah
Para Nabi terj. Dudi Rasyadi (Jakarta: Kautsar, 2011), hlm. 936.
Salam, Jika pada Injil Matius mengatakan bahwa Maria bersuamikan Yusuf, lalu Yusuf menyetubuhi Maria setelah kelahiran Yesus maka apakah masih layak disebut "Virgin Mary". Lalu jika Yesus lahir tatkala Maria mempunyai suami dan sebelumnya bertunangan bukankah dalam pandangan orang lain kala itu adalah hal yang wajar??, apalagi dalam Injil Lukas dituliskan Yusuf adalah ayahnya Yesus lalu mengapa umat Nasrani masih mengatakan Yesus anak tuhan, kenapa ini bertentangan dengan kenyakinan mereka Yesus lahir tanpa Ayah, apakah berita di Injil ini benar?? atau kenapa mereka tidak merevisi Injil padahal menurut mereka kitab Injil adalah karya yang ditulis bukan par excellence atau ... ?? lalu dimanakah letak kesucian Maria jika masih mempunyai nafsu syahwat sehingga berkeinginan bertunangan lalu bersuamikan Yusuf??. Wassalam.
ReplyDelete