Oleh : Muhammad Barir, S.Th.I :
1420510012
dipersembahkan untuk : Ahmad Rafiq, Ph.D.
Studi al-Qur’an dan Hadis
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yoryakarta,
2015
dipersembahkan untuk : Ahmad Rafiq, Ph.D.
Studi al-Qur’an dan Hadis
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yoryakarta,
2015
Abdullah said melalui karyanya The Qur’an : An Introduction
“western scholarship and the Qur’an” mencoba menelusuri alur perkembangan
dan perubahan hubungan Timur dan Barat dari sisi kesejarahannya, menampilkan tokoh-tokoh
kunci, dan beberapa titik tekan perkembangannya dalam keilmuan al-Qur’an mulai
dari penterjemahan yang dilakukan Petrus Peter Venerable (w. 1156) hingga
perkembangan kajian belakangan seperti yang dilakukan sarjana-sarjana Barat
seperti Jane Dammen McAuliffe dengan karyanya Encyclopedia of The Quran.
Hubungan antara Timur dan Barat telah memberikan andil besar dan
pengaruh yang kuat terhadap berkembangnya peradaban keilmuan di berbagai
belahan dunia. Di luar itu, hubungan pasang-surut antara keduannya dengan
munculnya karya kontroversial Samuel Huntington, Clash of Civilizations
juga tidak menghambat semangat antar kedua wilayah geografi imaginer tersebut
untuk terus mengembangkan kajian masing-masing hingga lahir beberapa keilmuan
seperti orientalis dan yang akhir-akhir ini, adalah oksidentalis yang ditandai
dengan tulisan Hasan Hanafi dalam Muqaddimah fi Ilm al-Istigrab.
Hubungan keilmuan antara Timur dan Barat akan terus berkembang seiring
berkembangnya keterbukaan keilmuan dan pemikiran sebagaimana diprediksi oleh
Abdullah Said. Era keterbukaan ini pada gilirannya akan mengentarkan semakin
berkembangnya kajian keilmuan ke-Islaman berikut juga al-Qur’an yang telah
diperhatikan oleh para sarjana Barat sejak abad pertengahan.
Terdapat tiga pembagian masa yang dapat dijadikan pemetaan dalam
memahami pergeseran dan keberlangsungan kajian Timur dan Barat tak terkecuali
kajian mereka atas al-Qur’an. Pertama adalah era awal mula munculnya kajian
kesarjanaan Barat terhadap Islam (abad ke-8 hingga abad ke-15). Kedua adalah
era kelanjutan kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam (abad ke-15 hingga abad
ke-20). Ketiga adalah era kontemporer kajian kesarjanaan Barat terhadap
Islam (abad ke-20 hingga abad ke-21).
Era awal mula munculnya kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam
ditandai dengan masuknya Islam ke Andalusia. Era ini memberikan andil dalam
kebangkitan keilmuan islam dengan ditunjang berbagai fasilitas yang diakomodir
oleh pemerintahan saat itu sebagaimana didirikannya 70 perpustakaan dan proyek
penterjemahan buku secara besar-besaran hingga berjumlah ratusan ribu dipusat
ibukota Cordoba. Selain itu polemic juga lahir dengan ditemukannya bukti
tulisan outsider berupa manuskrip seperti “al-Kindi’s Risalah” yang isinya
banyak mempertannyakan otentisitas kewahyuan al-Qur’an sebagai Kitab yang turun
dari langit dan mengklaim merupakan kitab buatan Nabi Muhammad yang merupakan
rangkuman pengetahuan Nabi tentang kitab sebelumnya.
Era kelanjutan kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam ditandai
dengan munculnya Islam ala Turki Utsmani sebagai Negara super power yang
menguasai tiga benua. Islam tidak lagi dipandang sebelah mata dan menjadi
saingan berat Kristen dan Yahudi. Islam yang pada era ini telah menjadi salah
satu di antara tiga agama terbesar di dunia yang pada gilirannya memicu minat
kajian akademis tentang Islam dan Leiden menjadi salah satu Universitas pertama
yang mulai mempertimbangkan oriental studies untuk didirikan di Kampus Belanda
tersebut. dalam kajian al-Qur’an, barat memuliai upaya penterjemahan ke dalam
bahasa Inggris dan upaya penelusuran system penomoran dalam al-Qur’an.
Era kontemporer kajian kesarjanaan Barat terhadap Islam ditandai
dengan munculnya berbagai teori tentang al-Qur’an dan bahasa agama. diantara
teori tersebut adalah teori bahwa al-bahasa Qur’an merupakan bahasa yang lahir
150 tahun setelah wafat Rasulullah (John Wansbrough). Sedangkan teori lainnya
mengatakan bahwa bahasa al-Qur’an merupakan sesuatu yang lahir dan terpengaruh
oleh agama Yahudi atau nasrani, dan lainnya lahir pula teori yang menyatakan
bahwa al-Qur’an merupakan Kalam Tuhan yang meliputi Ruang dan Waktu.
Untuk memberikan komentar akhir terhadap kenyataan kajian
orientalis terhadap Islam. Dari sekian banyak kajian terhadap al-Qur’an.
Pertanyaan besar yang terus coba dijawab oleh para orientalis adalah mengenai
kapankah al-Qur’an yang saat ini beredar di kalangan Muslim dunia disusun?
Berasal dari bahasa dan pengaruh kebudayaan mana bahasa al-Qur’an itu? mencoba tidak menampik persoalan ini, tulisan
Abdullah saed menggambarkan berbagai uji coba outsider dalam memahami al-Qur’an
yang sama sekali asing bagi mereka. Dengan pemahaman atau ketidakfahaman,
dengan kepentingan atau dengan objektifitas layaknya seorang akademisi sejati,
dengan mengikuti atau dengan otentisitas, dengan kapasitas masing-masing,
dengan kemampuan mendapat data validnya masing-masing, dengan kemampuan analisa
masing-masing, dengan tidak menilai benar dan salah, paling tidak kajian mereka
menambah sudut pandang dan pemahaman bahwa orang seperti itu dengan pandangan
seperti itu terhadap islam memanglah ada. Hal ini juga semakin memperkaya
pengetahuan baru tentang Islam dan al-Qur’an di mata seorang yang bukan kita.
Seiring dengan waktu, objektivitas dan kepentingan akademis di Barat menandai
era keterbukaan.
No comments:
Post a Comment