Muhammad Barir*
Pesantren
sebagai tempat pendidikan hasil asimilasi Islam dengan budaya lokal tersebar di
beberapa daerah di Indonesia. Tentunya masing-masing daerah memiliki karakter
tersendiri yang khas dan otentis. Beberapa pakar sejarah misalkan Karl
Steenbrink menghubungkan sistem pendidikan pesantren yang ada di Jawa dengan
tradisi pendidikan yang dipakai Hindu Budha. Hal tersebut sebagaimana bukti
keberadaan model pendidikan Hindu yang ditemukan di India serta model
pendidikan Budha yang ditemukan di Myanmar dan Thailand. Pesantren era awal
lebih memilih tempat yang jauh dari pemukiman dan mengharuskan para murid dan
guru untuk hidup sederhana (asketik) menunjukkan karakter yang padu
dengan corak khas pendidikan yang terbangun di dalam tradisi Hindu Budha.
Tradisi Hindu Budha yang sering disangkutpautkan dengan pesantren adalah Vihara
sebagai tempat pendidikan dan peribadatan.
Bagaimanapun
asal mulanya, pesantren tetap memiliki corak yang variatif. Penyebaran
pesantren ke berbagai wilayah berkorelasi baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap transformasi tradisi pesantren. Dari sini, pesantren
mengalami proses yang diistilahkan Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dengan
eksternalisasi. Sebuah proses pemasukan kreatifitas ke dalam tradisi untuk
kemudian diekspresikan dalam bentuk perilaku sosial
Negeri Parahyangan menyimpan banyak kebudayaan pendidikan bercorak pesantren ini. Tercatat dari tahun 1715 terdapat beberapa pesantren yang telah berdiri dan menjadi medan dakwah tersendiri. beberapa daftar pesantren tersebut adalah:
No 
 | 
  
Nama Pesantren 
 | 
  
Tahun 
 | 
  
Lokasi 
 | 
 
01 
 | 
  
Pesantren
  Ciwaringin 
 | 
  
1715 
 | 
  
Cirebon 
 | 
 
02 
 | 
  
Pesantren
  Garut 
 | 
  
1749 
 | 
  
Garut 
 | 
 
03 
 | 
  
Pesantren
  Buntet 
 | 
  
1785 
 | 
  
Cirebon 
 | 
 
04 
 | 
  
Pesantren
  Cibeunteur 
 | 
  
1809 
 | 
  
Banjar 
 | 
 
05 
 | 
  
Pesantren
  Gentur 
 | 
  
1810 
 | 
  
Cianjur 
 | 
 
06 
 | 
  
Pesantren
  Mahmud 
 | 
  
1820-an 
 | 
  
Bandung 
 | 
 
07 
 | 
  
Pesantren
  Asyropudin 
 | 
  
1847 
 | 
  
Sumedang 
 | 
 
08 
 | 
  
Pesantren
  Suka Miskin 
 | 
  
1881 
 | 
  
Bandung 
 | 
 
09 
 | 
  
Pesantren
  Keresek 
 | 
  
1887 
 | 
  
Garut 
 | 
 
10 
 | 
  
Pesantren
  Darul Falah Jambudipa 
 | 
  
1894 
 | 
  
Cianjur 
 | 
 
11 
 | 
  
Pesantren
  Kandang Sapi 
 | 
  
1897 
 | 
  
Cianjur 
 | 
 
Berdasarkan
resume penelitian Dr. Ading Kusdiana dengan tema Sejarah Pesantren: Jejak
Penyebaran dan Jaringannya di Wilayah Priangan 
       Untuk itulah, penelitian dan pengumpulan data penyebaran dan perkembangan pesantren Priangan masih terbuka lebar. Upaya kajian tersebut juga cukup memungkinkan.




