Menjadi suatu tanda tanya besar mengenai definisi kongkrit antara barat dan timur. Berbagai pakar mencoba mendefinisikanya mulai dari tinjauan budaya, agama, dan bahkan wilayah yang nantinya memunculkan pendefinisian antara timur dan barat sebagai dimensi wilayah imajiner oleh Edward Said, tapi sebuah image yang langsung akan muncul dalam benak setiap muslim ketika dihadapkan dengan penindasan terhadap saudaranya yang disitu terdapat campurtangan barat maka mereka langsung mendefinisikan barat sebagai ahlikitab.
Mengutip pendapat Jamaluddin al-Afgan, yang dimaksud Timur ialah Islam dan barat ialah Kristen, lebih lanjut para penulis barat lebih senang mengatakan dunia timur sebagai Islamdom dan dunia barat sebagai Christendom. Tak mau kalah, Islam pun sejak dulu telah mengenal istilah Dar al-Mukmin dan Dar al-Harb.Istilah timur juga dapat dinisbatkan kepada Islam karena agama ini lahir di belahan dunia bagian timur yang oleh barat diidentifikasikan dengan wilayah timur tengah.
Pengkajian terhadap barat sendiri atau yang dikatakan oleh bahasa Hasan Hanafi dengan istilah al-istigrob atau Oksidentalisme menemukan bahwa kemunculan istilah barat memiliki dua basis, yang pertama ialah basis spiritual dan yang kedua ialah basis intelektual dimana yang menjadi pusat dari basis pertama ialah yahudi dan nasroni, sedang yang menjadi pusat dari basis kedua ialah romawi dan yunani yang murni merupakan wilayah barat. Kedua basis tersebut kemudian bertemu dan menyatu pada tahun 312 M dengan dijadikanya agama kristen sebagai agama resmi dari Konstatinopel yang notabene merupakan wilayah koloni yunani.
Pengkajian terhadap dunia barat oleh Islam muncul dalam rangka menyikapi tindakan-tindakan Orientalis yang bergerak menghantam terus-menerus tiang agama Islam berawal dari rasa tertantang kaum gereja dengan pesatnya perkembangan Islam maka muncullah berbagai upaya yang nampak ketika perang salib (the Crusader). Selama perang salib, barat berhasil membangun sikap pengikut kristiani untuk memusuhi Islam berbagai upaya mereka gencarkan mulai dari hasutan, fitnah dan reduksi informasi.
Kekalahan kaum gereja dalam perang salib semakin membakar semangat mereka dalam menciptakan sikap memusuhi dan upaya menghancurkan Islam sebagai rasa apologetik atau penyesalan. Dari sini mulai muncul gerakan-gerakan khusus dalam upaya-upaya picik mereka. Petrus Venerabilis seorang kepala biara Cluni ketika berkunjung ke Toledo pada abad ke-12 dengan rencana membasmi kepercayaan hiretik membentuk dan membiayai sebuah tim untuk menerjemah teks-teks arab sebagai pijakan kaum misionaris dalam mengkaji Islam yang hasil dari penterjemahan itu dinamakan sebagai Cluniac Corpus.
Walaupun perang salib yang berlangsung selama dua abad telah berakhir, namun hakikat dari perang itu masih membara sampai sekarang. Hal itu bisa dilihat melalui wacana-wacana penulis barat seperti Islam and The West karya Philp K. Hitti, The Making of an Image karya Norman Daniel dan karya lain-lain seperti Call af The Minaret yang sangat tampak di situ rasa pertentangan mereka terhadap Islam. Bahkan banyak diantara mereka yang secara tidak Objektif menghujat Islam dan menghina Nabi Muhammad SAW dengan mengatakanya sebagai seseorang yang terkena epilepsi seperti Gilbertus Voitus bahkan Philip K. Hitti mengatakan Nabi Muhammad adalah seseorang yang terkena penyakit ayan.terlepas benar tidaknya argumen ini.
Dalam perkembanganya, ternyata apa yang diupayakan oleh barat tidak selamanya tidak berguna bagi perkembangan Islam. Banyak karya-karya ilmuan barat yang sejatinya membantu dalam pengkajian topik-topik yang belum tersingkap oleh ilmuan muslim sendiri. Jadi sikap yang perlu dibangun dan ditanamkan bagi kaum muslimin saat ini ialah keterbukaan terhadap karya mereka dan mengkaji untuk mengambil hal-hal baik dari kaum Orientalis dan tentunya menignggalkan yang buruk sesuai qo’idah al-fiqhiyah “al-muhafadhuh ‘ala al-qodim ash-sholih wa-al ahdhu bi al-jadid al-ashlah”.
sebenarnya tidak semua dari bangsa barat adlah memusuhi Islam, diantara mereka ada yang bahkan simpatik dengan melakukan bantuan baik kesehatan dan pendidikan ke beberapa negara Islam. dari sinilah sangat diharapkan adanya suatu nilai harmonisasi antara keduanya dalam menjalinhubungan sesama manusia dalam rasa saling menghormati (respectable). karena pada dasarnya islam atau kristenya seseorang bukanlah salah orang tersebut, kebanyakan orang yang memeluk Islam jika ditelusuri alasanya ialah karena ayah ibunya Islam, begitu halnya dengan orangkristen yang kebanyakan alasan mereka memeluk agama kristen ialah karena ia dilahirkan oleh orangtua yang beragama kristen.
Diperlukanya sikap terbuka kiranya menjadi sesuatu yang sangat urgen, karena jika kaum muslimin tidak memikirkanya dengan cara apa mereka bisa menagkis serangan serangan barat, begitu pula dengan cara apa mereka dapat menghindar dari rencana-rencana mereka, padahal pengetahuan akan taktik dan strategi mereka sangat penting dalam melindungi keutuhan Timur sendiri serta agar tidak mudah dijadikan sebagai boneka Barat. Sebagaimana OKI (Organisasi Konferensi Islam) yang tidak mampu berbuat apa-apa ketika amerika—yang mengaku sebagai pemimpin Barat—berbuat olah terhadap negara Islam.
Sutu sisi Timur harus bersikap seperti K.H. Abdurrahman Wahid yang mau mendekati mereka dalam strategi menggiring Barat secara halus untuk melepas penjajahan mereka terhadap Timur sebagaimana sikap beliau terhadap zionis Israel, bahkan disitu beliau dijadikan sebagai dewan penasihat Isra’el. Tapi satu sisi kita juga harus bersikap seperti jamaluddin Al-Afgan yang sangat keras terhadap Barat. Walau pun berbeda sikap terhadap Barat, kedua tokoh tersebut sama-sama membuka tangan dalam kesediaan mengkaji barat.
Pengaruh Barat
yang perlu dicegah ialah prinsip Barat saat ini sudah yang sangat membabibuta masuk kedalam agama dunia timur, dan hal ini tentunya dikhawatirkan akan menimbulkan persepsi bahwa yang yang menjadi motif barat bukanlah dunia politik, namun motif yang dipakai ialah agama.
No comments:
Post a Comment